Turki Tak Puas dengan Cara Saudi Tangani Kasus Khashoggi

0
825

Jakarta, CNN Indonesia — Turki tidak puas dengan tingkat kerja sama yang diterimanya dari Arab Saudi terkait pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi Sehingga, negara itu akan mencari penyelidikan resmi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas masalah ini jika hubungannya dengan Riyadh menemui jalan buntu, seperti diungkap Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, Selasa (20/11).

Berbicara kepada wartawan di Washington setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Cavusoglu mengatakan Turki telah berbagi informasi terbaru tentang pembunuhan Khashoggi dengan Amerika Serikat dan menegaskan pendirian Ankara bahwa kebenaran harus dibongkar hingga menemukan siapa yang memberi perintah untuk membunuh wartawan itu.

“Kerja sama dengan Arab Saudi (soal Khashoggi) tidak pada tingkat di mana kami menginginkannya,” kata Cavusoglu kepada wartawan, menambahkan bahwa jika hubungan dengan Riyadh terhenti, Ankara bisa mencari penyelidikan resmi PBB.
Khashoggi, kolumnis Washington Post yang berbasis di AS yang merupakan seorang pengkritik pemerintah Saudi yang dipimpin oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman, terbunuh pada bulan Oktober di konsulat Saudi di Istanbul.

Setelah menawarkan banyak penjelasan yang kontradiktif terkait penghilangan Khashoggi, Saudi akhirnya mengatakan pekan lalu dia telah terbunuh dan tubuhnya dimutilasii ketika “negosiasi” untuk meyakinkan dia untuk kembali ke Arab Saudi gagal. Jaksa penuntut umum mengatakan akan mencari hukuman mati untuk lima tersangka dalam kasus ini.

Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan pembunuhan itu diperintahkan pada “tingkat tertinggi” pemerintah Saudi tetapi tidak secara langsung menuduh Pangeran Mohammed bin Salman. Arab Saudi membantah bahwa pangeran memerintahkan pembunuhan Khashoggi.

Presiden AS Donald Trump pada Selasa bersumpah untuk tetap menjadi “mitra setia” dari Arab Saudi. Ia juga mengenyampingkan kemungkinan sang putra mahkota Saudi itu mengetahui soal rencana pembunuhan jurnalis pembangkang itu.

Turki juga telah menyerahkan kepada Amerika Serikat daftar 84 individu yang ingin diekstradisi, kata Cavusoglu, atas hubungan mereka dengan ulama Islam Fethullah Gulen, yang disalahkan oleh Ankara karena mendalangi upaya kudeta 2016. Gulen menyangkal keterlibatan.

Dia menambahkan bahwa Ankara telah memberikan daftar tersebut setelah Erdogan dan Trump melakukan percakapan telepon.