Pemilu Pertama Thailand Sejak Kudeta, Partai Pro-Militer Unggul Sementara

0
761

Partai Phalang Pracharat, yang menjagokan Jenderal Prayuth Chan-ocha sebagai perdana menteri, meraih lebih dari 7,3 juta suara dari 91% kertas suara yang dihitung hingga Minggu malam (24/03) dalam pemilihan umum pertama sejak kudeta militer tahun 2014.

Perolehan suara itu, menurut Komisi Pemilihan Thailand, sekitar setengah juta lebih besar dibandingkan perolehan suara Partai Pheu Thai (Untuk Rakyat Thailand) yang mendukung mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra.

Hasil akhir akan diumumkan oleh Komisi Pemilihan pada Senin. Wartawan BBC di Bangkok, Jonathan Head, melaporkan jika hasil penghitungan itu resmi dikukuhkan, maka militer akan mendapat mandat populer untuk terus berkuasa.

Pemerintahan militer pimpinan Jenderal Prayuth Chan-ocha yang berkuasa sejak perebutan kekuasaan pada Mei 2014 telah mengubah Undang-Undang Dasar sedemikian rupa sehingga militer tetap berkuasa, meskipun sebelumnya sempat diprediksi memerlukan dukungan dari sejumlah partai politik kecil.

Setelah mengambil alih kekuasaan, militer berjanji untuk memulihkan ketertiban dan demokrasi, tetapi berkali-kali menunda pemilu sampai digelar hari Minggu ini (24/03).

Thailand mengalami ketidakstabilan politik selama bertahun-tahun, pada umumnya diwarnai pertarungan antara kubu pendukung militer dan kubu mantan perdana menteri yang digulingkan Thaksin Shinawatra. Pemilu kali ini pun tak lepas dari pertarungan antara partai-partai promiliter dan sekutu-sekutu Thaksin.

Pemilih pemula

Jenderal Prayuth Chan-ocha, yang memimpin kudeta untuk menggulingkan adik Thaksin, Yingluck Shinawatra tahun 2014, ditunjuk sebagai satu-satunya calon perdana menteri dari partai baru promiliter, Partai Palang Pracha Rath (PPRP).

Di antara partai besar lainnya adalah Partai Democrat pimpinan mantan Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva, dan partai baru, Partai Maju, pimpinan miliarder muda, Thanatorn Juangroongruangkit. Abhisit Vejjajiva langsung mengundurkan diri setelah partainya menelan kekalahan besar.

Thaksin Shinawatra digulingkan dalam kudeta 2006 dan mengasingkan diri untuk menghindari hukuman dalam kasus penyalahgunaan kekuasaan. Namun ia masih mempunyai banyak pendukung, khususnya di wilayah pedesaan dan di kalangan pemilih yang miskin.

Pheu Thai (Untuk Rakyat Thailand) adalah partai utama yang setia kepada Thaksin yang turut dalam pemilu kali ini.

Lebih dari 50 juta rakyat mempunyai hak pilih dan jumlah mereka yang menggunakan hak suara diperkirakan mencapai 80%.

Dari 50 juta pemilik hak suara, lebih dari tujuh juta adalah mereka yang berusia 18-26 tahun dan merupakan pemilih pemula. Mereka memilih 750 anggota parlemen nasional.

Menjelang pencoblosan, Raja Maha Vajiralongkorn menyerukan kepada rakyat untulk memilih para pemimpin yang baik dan menolak orang-orang buruk yang akan menciptakan kekacauan – tanpa menyebut nama-nama calon yang ia rujuk.