Facebook mengubah kebijakan terkait perilaku yang membahayakan organisasi dan individu. Facebook akan melarang pengguna menggunakan fitur layanan Live Streaming jika pengguna melanggar kebijakan tersebut.
Kebijakan untuk menggunakan fitur Live Streaming, yang mana perusahaan akan melarang pengguna menggunakan akun mereka untuk jangka waktu tertentu jika mereka melanggar pedoman komunitas Live Streaming terbaru.
Perubahan tersebut dilakukan sebagai tanggapan terhadap penembakan brutal yang terjadi di dua masjid di kota Christchurch, Selandia Baru pada Maret lalu yang menewaskan lebih dari 40 orang.
“Mulai hari ini, pengguna yang melanggar aturan tertentu di Facebook termasuk kebijakan Membahayakan Organisasi dan Individu, kami akan melarang pengguna menggunakan Facebook Live,” tulis Wakil Presiden Integritas Facebook, Guy Rosen dikutip dari laman resmi Facebook.
Rosen menjelaskan bahwa Facebook secara historis telah melarang pengguna yang melanggar aturan dari seluruh platformnya. Namun, kali ini Facebook berusaha menetapkan aturan yang akan secara spesifik melarang pengguna untuk menggunakan layanan Live Streaming.
“Kali ini kami akan menerapkan kebijakan ‘satu serangan’ ke Live Streaming sehubungan dengan berbagai pelanggaran yang kian meluas. Mulai sekarang, siapa pun yang melanggar kebijakan kami yang paling serius akan dilarang menggunakan layanan Live Streaming untuk jangka waktu tertentu misal 30 hari dimulai dari hari pertama mereka melanggar,” jelasnya.
Kebijakan terbaru Facebook ini akan resmi diimplementasikan pekan ini. Selain dibatasi menggunakan layanan Live Streaming, pengguna yang melanggar juga akan dibatasi untuk memasang iklan di platform mereka.
Dilansir CNET, beberapa minggu usai kejadian nahas di Selandia Baru, Facebook mengatakan bahwa video penembakan berdurasi 17 menit itu tidak kunjung dilaporkan kepada pihaknya selama Live Streaming berlangsung. Perusahaan jejaring sosial media itu mengatakan saat menit ke-12, mereka mendapatkan laporan dari pengguna.
Dengan kata lain, total durasi video asli penembakan di dua masjid di kota Christchurch selama 29 menit penuh. Namun video tersebut kemudian diunggah jutaan kali oleh pengguna, Facebook pun mengambil langkah cepat dan dapat membersihkan 1,5 juta unggahan video serta memblokir video sebanyak 1,2 juta sebelum ditayangkan di platform mereka.
Guna membantu membersihkan video penembakan tersebut, perusahaan menginvestasikan dana sebesar US$75 juta untuk meningkatkan perangkat lunak pendeteksi video.
“Dalam beberapa bulan mendatang, kami akan bermitra dengan lebih banyak perusahaan atau lembaga terkait sehingga kami dapat bergerak secepat mungkin untuk berinovasi dalam menghadapi ancaman ini,” pungkasnya.