Bagaimana caranya meraup uang di Instagram?

0
1216

Makin banyak yang menggunakan Instagram sebagai etalase untuk menjual barang dan jasa yang mendatangkan banyak uang.

Tapi, bagaimana caranya? Apa kunci sukses berbisnis melalui Instagram?

“Instagram adalah ruang pamer Anda, etalase toko Anda,” kata Donna McCulloch, penata gaya yang menggunakan nama Sulky Doll di Instagram.

“Orang tak lagi meminta kartu nama. Mereka akan bertanya apa akun Instagram kita. Semuanya bersifat instan. Begitu tahu apa nama akunnya, kita langsung terkoneksi,” katanya.

Dan itulah yang dilakukan instruktur yoga Cat Meffan yang memanfaatkan Instagram untuk memamerkan kegiatannya beryoga di tempat-tempat eksotis di seluruh dunia.

Foto-foto yang ia ungguh ditujukan untuk menginspirasi sekaligus memotivasi pengikutnya yang berjumlah 77.000.

Dan tentunya tak sekedar menjadi inspirasi. Instagram adalah medium pemasaran yang sangat efektif.

“Kegiatan yoga bersama yang saya tawarkan terjual hanya dalam lima hari. Padahal saya hanya mengunggah satu foto untuk memasarkannya,” ungkap Meffan. “Saya sampai kaget sendiri. Tapi itulah kekuatan Instagram.”

Ia mengatakan memerlukan waktu sekitar satu jam untuk menyiapkan foto dan keterangan yang akan ia unggah. Kadang lebih jika ia mengambil sendiri foto tersebut.

Seperti halnya penata gaya Donna McCulloch, Meffan memanfaatkan tanda pagar (tagar) atau hashtag untuk menyasar audiens baru. Tagar yang biasa ia pakai adalah #yoga sementara McCulloch sering memanfaatkan #OOTD, Outfit of The Day atau pakaian hari ini.

Pesan yang konsisten

Keduanya juga secara berkala menggunakan fitur Stories untuk mengunggah video, yang mereka gambarkan sebagai antitesis dari foto-foto mewah yang banyak dipamerkan para pengguna.

Baik Meffan maupun McCulloch sama-sama bermain dengan tema yang sangat spesifik, yaitu yoga dan fashion.

Konsistensi tema ini sangat penting untuk menaikkan jumlah pengikut, kata fotografer Danny Coy yang memiliki 173.000 pengikut. Dari fotografer lepas, Coy sekarang menyebut dirinya sebagai konsultan Instagram.

Perusahaannya memasang tarif Rp5,3 juta per bulan bagi klien yang ingin menambah pengikut sekitar 2.000 per empat pekan. Salah satu kiat untuk menaikkan pengikut adalah dengan mengunggah foto secara teratur dan memastikan foto-foto yang diunggah tidak membosankan,

“Anda tidak harus memasang foto baru setiap hari … yang tak kalah penting adalah foto harus sesuai dengan tema besar yang Anda jual,” kata Coy.

Jadi, mau tidak mau memang harus konsisten, kata Jen Ronan, kepala bagian usaha kecil Instagram untuk kawasan Eropa, Timur Tengah dan Afrika.

“Jika setiap kali foto yang diunggah punya tema yang berbeda, orang akan bingung. Orang akan bertanya, pesan apa yang sebenarnya tengah kita kirimkan ke audiens?” kata Ronan.

“Pastikan Anda memahami siapa audiens Anda, apa yang mereka inginkan, dan pastikan tema yang Anda usung konsisten dari waktu ke waktu,” katanya.

Bagi Danny Coy, kebanyakan kliennya adalah perusahaan yang ingin punya banyak pengikut agar keberadaan mereka di Instagram makin kuat.

Berapa tarif untuk mempromosikan produk?

Mereka yang sukses berkiprah di Instagram, yang punya banyak pengikut, juga bisa menjadi duta produk atau duta merek atau bisa juga menjadi influencer. Dan ini tidak gratis karena ada bayaran atau fee atas produk atau layanan yang di-endorse.

Ini bisa menjadi lahan bisnis yang sangat menguntungkan, tapi harus dipastikan bahwa apa yang diunggah ditulis sebagai konten sponsor atau konten yang dibayar pihak ketiga.

Tak semua influencer bersedia menjadi duta produk dengan alasan integritas pribadi, seperti dikatakan penata gaya Donna McCulloch.

“Saya tak ingin integritas pribadi saya terkompromikan dengan menyampaikan pesan-pesan sponsor,” katanya.

Sementara instruktur yoga Cat Meffan memilih selektif untuk urusan mempromosikan produk. Berapa bayaran yang ia terima?

“Tidak ada aturan yang baku soal bayaran mempromosikan produk di Instagram. Anda harus berdiskusi dengan klien,” kata Meffan.

Danny Coy mengatakan tarif untuk mempromosikan produk bisa berkisar antara Rp36 juta hingga Rp53 juta per bulan.

Mariann Hardey, asisten guru besar pemasaran di Universitas Durham, Inggris, mengatakan sebagian besar pengguna Instagram bisa membedakan antara konten asli dan konten berbayar.

Bagi pengguna, yang penting adalah konten yang mereka lihat lucu dan menarik.

Dan dengan pengguna secara global mencapai 700 juta, jauh lebih banyak dari Twitter dan Snapchat, tak mengherankan jika makin banyak yang memanfaatkan Instagram sebagai lapangan usaha.

Tertarik?

Sumber : bbc.com