Fenomena ‘super blood wolf moon‘ dan diikuti gerhana Bulan total akan terjadi petang nanti. Namun, kedua fenomena ini tidak akan terlihat dari langit Indonesia. Alih-alih pengamat di Indonesia hanya bisa melihat fenomena Super Moon saja.
Supermoon adalah fenomena ketika Bulan pada posisi lebih dekat dengan Bumi karena orbitnya yang berbentuk lonjong atau elips. Hal itulah yang akan membuat Bulan terlihat 30 persen lebih bercahaya dan besar ketika berada pada posisi yang lebih dekat dengan Bumi.
“Gerhana bulan total tidak bisa diamati di Indonesia. Hanya Amerika dan Eropa,” terang Kepala Lembaga Astronomi dan Penerbangan Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin saat dihubungi CNNIndonesia.com melalui pesan singkat pada Senin (21/1).
“Gerhana bulan total (blood moon) tidak bisa terlihat karena saat itu di Indonesia siang hari,” lanjutnya.
Sementara itu, super blood wolf moon terjadi ketika bulan berada di orbit terdekat dengan bumi (super) dan akan berwarna kemerahan (blood) saat jelang terjadinya fenomena gerhana. Hal ini terjadi karena Bulan memantulkan cahaya Matahari menjelang gerhana total.
Di sisi lain, sebutan wolf yang berarti serigala diambil dari Alamanac Petani Kuno di negara-negara Barat ketika bulan purnama terjadi di Januari, seperti dilaporkan BGR.
Kendati demikian, Thomas membenarkan bahwa Indonesia setidaknya masih kebagian cahaya supermoon. Fenomena itu akan terjadi hari ini sepanjang malam.
“Secara astronomi tidak ada keistimewaan [supermoon pada 21 Januari]. Namun publik tertarik mengamati supermoon, saat purnama terdekat,” ungkapnya.
Berbeda dengan pengamatan gerhana Matahari, gerhana Bulan bisa diamati dengan mata telanjang. Pastikan pengamat berada di tempat yang tidak tertutup awan ketika ingin melihat fenomena ini terjadi.