Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un berangkat menuju Hanoi, Vietnam menggunakan kereta untuk pertemuan keduanya dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Kereta Kim tiba di Dandong, kota perbatasan Korea Utara dan Cina, pada Sabtu (23/2) pukul 21.00 waktu setempat atau sekitar pukul 20.00 WIB.
Konferensi tingkat tinggi kedua antara AS-Korea Utara ini akan berlangsung pada tanggal 27 dan 28 Februari di ibu kota Vietnam, Hanoi.
Ini menjadi pertemuan lanjutan setelah perundingan bersejarah yang berlangsung tahun lalu di Singapura. Dunia menanti adanya kemajuan dari program ‘denuklirisasi’ Korea Utara.
Keberangkatan Kim Jong-un menuju Vietnam dikonfirmasi oleh media pemerintah Korea Utara. Itu sekaligus menjadi pengumuman resmi Pyongyang bahwa konferensi kedua tersebut akan berlangsung.
Media Korea Utara melaporkan bahwa Kim “dengan niat baik” akan mengunjungi Vietnam.
Dia dilaporkan didampingi adiknya, Kim Yo Jong dan salah satu negosiator ulung Korea Utara, mantan Jenderal Kim Yong Chol.
Kenapa ada pertemuan kedua?
“Kami berdua jatuh cinta,” Kata Donald Trump, September lalu. “Dia (Kim Jong-un) menulis surat yang sangat indah untuk saya.”
Meskipun kerap melontarkan pujian, bulan-bulan pertama setelah konferensi di Singapura, hubungan Korea Utara dan AS masih terbilang dingin dan berjarak.
Oleh karena itu, pertemuan kedua ini diharapkan bisa menjadi fondasi baru sekaligus fokus pada pembahasan masalah pelucutan nuklir atau denuklirisasi yang disebut hanya terdapat sedikit kemajuan oleh para pengamat.
Kendati demikian, agenda pertemuan di Hanoi – kendati tinggal hitungan hari- masih belum jelas.
Apa yang berhasil dicapai dari pertemuan pertama?
Pertemuan pertama AS-Korea Utara di Singapura, Juni lalu, merupakan momen bersejarah. Sebelumnya, kedua pemimpin negara kerap melontarkan ancaman dan hinaan.
Kendati demikian, kesepakatan yang ditanda-tangani Kim dan Trump tidak jelas secara detail dan hanya sedikit kemajuan soal tujuan ‘denuklirisasi’ setelah pertemuan usai.
Donald Trump berjanji menurunkan frekuensi latihan militer AS-Korea Selatan yang memicu kemarahan Korea Utara, tapi setelah beberapa bulan berlalu, ada banyak pertanyaan apa yang didapat Trump sebagai balasan akan hal itu.
Pembongkaran situs roket utama di Korea Utara musim panas lalu, menurut pengamat, hanya sebagai isyarat, mengingat Pyongyang tidak membuat komitmen untuk menghentikan pengembangan senjata atau menutup pangkalan rudal.
Namun, saluran negosiasi tingkat bawah baru-baru ini melihat kegiatan di situs rudal Korut, yang bisa berarti lebih banyak pembahasan dalam deklarasi Hanoi.
Apa yang bisa diharapkan dari pertemuan kedua?
Dalam pertemuan di Hanoi, kedua kepala negara diharapkan akan lebih menyadari mengenai ekspektasi tinggi komunitas dunia akan hasil yang lebih signifikan dan lebih bisa menunjukkan kemajuan, atau peta kemajuan yang lebih terukur.
Para analis akan mengamati secara detail konsesi yang dipersiapkan kedua belah pihak dalam pertemuan ini.
Sikap awal Washington adalah bahwa Korea Utara harus secara melucuti senjata nuklirnya secara menyeluruh sebelum sanksi dapat dicabut.
Tapi, beberapa hari lalu, Trump mengatakan bahwa dia “tidak terburu-buru” melakukan penekanan denuklirisasi terhadap Korea Utara.
Satu kemungkinan yang diperdebatkan adalah deklarasi untuk secara resmi mengakhiri Perang Korea. Beberapa pihak menyarankan AS akan meminta Korea Utara untuk mengedepankan langkah-langkah konkret, seperti membongkar situs nuklir Yongbyon dan pangkalan-pangkalan rudal, sebagai imbalan atas pengangkatan beberapa sanksi AS.
Kenapa diselenggarakan di Vietnam?
Vietnam merupakan lokasi konferensi yang ideal karena berbagai alasan. Vietnam punya hubungan diplomatik, baik dengan AS dan Korea Utara. Kendati pernah berseteru dengan AS di masa lalu, Vietnam bisa dijadikan sebagai contoh bagi Korea Utara bahwa dua negara bisa bekerjasama dengan mengesampingkan kepahitan masa lalu.
Secara ideologi, Vietnam dan Korea Utara merupakan negara komunis – meskipun demikian, Vietnam telah berkembang pesat dan menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa di Asia.
Pertumbuhan ekonomi tersebut juga bisa digunakan AS untuk menunjukkan arah bagaimana Korea Utara bisa berkembang di masa depan, jika mereka memilih untuk membuka diri.