Pendiri sekaligus CEO Bukalapak, Achmad Zaky menceritakan kesulitannya mencari software engineer di awal perusahaannya berdiri.
Zaky menjelaskan pada 2009, ketersediaan talenta digital di Indonesia sangat sedikit. Bahkan kesulitannya itu membuatnya cukup frustasi untuk mencari software engineer.
“Saya ingat lowongan pekerjaan software engineer pertama yang saya posting di Kompas atau JobsDB, tidak ada tanggapan dalam enam bulan. Itu waktu yang gila, sangat sulit mempekerjakan talenta,” kata Zaky disela perhelatan Tech in Asia Conference 2019 di JCC, Selasa (8/10).
Minimnya ketersediaan talenta digital berbanding terbalik dengan melimpahnya talenta digital saat ini. Ia mengatakan banyak tenaga kerja yang masuk ke perusahaan teknologi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Hal itu terbukti dari puluhan ribu lamaran pekerjaan yang diterima Bukalapak setiap bulannya.
“Sekarang kita menerima 20 ribu CV per bulan, 95 persen di antara mereka kami tolak,” ucapnya.
Bagi Zaky, kelimpahan talenta digital merupakan peluang bagi startup di Indonesia.
Artinya ekosistem startup didukung dari sisi talenta digital. Justru ia mengatakan tantangan saat ini adalah minimnya jumlah pendiri startup.
“Saya justru berpikir kalau celahnya ada di sisi pendiri [startup]. Kita memiliki banyak sekali talenta. Saya bisa sebut ITB, UI, atau Binus, mereka setiap tahun melahirkan ribuan talenta yang baik,” ungkap Zaky.