Gunung Api Pulau Putih: Tentara Selandia Baru Evakuasi Enam Jasad Turis Korban Letusan Gunung Api Keluar dari Pulau

0
585

Enam dari delapan jasad korban letusan gunung api pada Senin (09/12) lalu di Pulau Putih, Selandia Baru telah berhasil dievakuasi menggunakan helikopter keluar dari pulau tersebut.

Jasad-jasad tersebut diterbangkan ke kapal Angkatan Laut HMNZS Wellington.

Operasi “kilat” itu dilakukan meski adanya risiko letusan lagi.

Puluhan wisatawan mengunjungi Pulau Putih ketika letusan terjadi – menewaskan delapan korban lainnya, sementara 20 korban luka masih dirawat secara intensif akibat luka bakar parah.

Hingga tim misi evakuasi tiba, kondisi di lokasi masih baik, kata Wakil Komisioner Kepolisian John Tims.

Pihak keluarga menunggu dengan cemas kembalinya tim evakuasi, setelah sebelumnya menghadiri upacara pemberkatan di dekat pulau itu.

Sebanyak 47 wisatawan dari seluruh dunia berada di Pulau Putih ketika gunung api di pulau itu meletus. 24 orang berasal dari Australia, sembilan dari AS, lima dari Selandia Baru, empat asal Jerman, dua dari China, dua asal Inggris dan satu orang asal Malaysia.

GeoNet, situs informasi risiko geologi Selandia Baru, mengatakan pada hari Kamis (12/12) bahwa terdapat kemungkinan 50-60% terjadinya letusan lain dalam kurun 24 jam ke depan.

Keluarga korban semakin putus asa untuk bisa mendapatkan jasad anggota keluarga mereka dari pulau tersebut.

“Kami sekarang merasakan keputusasaan yang semakin besar untuk dapat membawa pulang mereka yang kami tahu ada di sana,” kata wali kota Whakatane, Judy Turner, kepada wartawan.

“Rasa frustrasi pihak keluarga yang terdampak sangat dapat dipahami.”

Seperti apa rencana evakuasi jasad korban?

Para pakar dari Angkatan Pertahanan Selandia Baru terbang ke Pulau Putih pada Jumat (13/12) pagi waktu setempat untuk mencoba mengevakuasi jasad-jasad korban.

Tim yang dilengkapi dengan pakaian pelindung dan perlengkapan pernapasan itu diterbangkan dari sebuah kapal perang ke pulau tersebut.

Jika gunung api itu kembali meletus ketika tim misi evakuasi berada di pulau itu, mereka harus menghadapi bahaya magma, uap super panas, serta lontaran abu dan batuan dalam kecepatan tinggi, ungkap pakar gunung api.

Selama operasi berjalan, seorang geolog akan menganalisa data langsung kondisi gunung api untuk menilai apakah misi tersebut perlu dibatalkan.

Wakil Komisioner Kepolisian Mike Clement mengatakan kepada wartawan bahwa upaya evakuasi akan dilakukan sesuai rencana, tapi memperingatkan bahwa “banyak hal bisa membuatnya gagal”.

Operasi tersebut diperkirakan akan berlangsung selama beberapa jam.

Pencarian kilat dilakukan karena sedikitnya waktu yang tersedia untuk mengumpulkan bukti-bukti yang diperlukan untuk memastikan bahwa jasad-jasad korban telah diidentifikasi dengan baik.

Semua jasad berada dalam jarak 200m satu sama lain, menurut laporan New Zealand Herald.

Kelompok Maori menerapkan larangan upacara di gunung api

Kelompok Maori setempat telah menempatkan rahui di sekitar perairan gunung api dan kawasan pesisir yang membentang di Bay of Plenty.

Rahui adalah larangan tradisional yang membatasi akses ke suatu tempat. Pulau Putih, yang disebut dengan nama Whakaari oleh orang Maori, mengandung nilai spiritual bagi suku setempat, Ngati Awa.

Rahui itu ditempatkan pada Selasa pagi dan akan dicabut setelah jasad para korban diketemukan.

Seorang pakar dari suku Ngati Awa diperkirakan menemani pihak berwenang dalam misi pencarian.

“Ngati Awa memainkan peranan penting dalam operasi pengangkatan jasad, begitu keputusan itu diambil, Ngati Awa akan pergi ke Whakaari/Pulau Putih,” kata wakil komisioner, Wally Haumaha, kepada RNZ.

Rahui sering ditempatkan di tempat-tempat terjadinya kecelakaan ada kematian untuk melindungi sumber daya alam di kawasan tertentu. Keberadaannya tidak mengikat secara hukum tapi dihormati oleh warga Selandia Baru.