Terapi Plasma Darah Beri Harapan Positif Bagi Pasien Covid-19

0
487

Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset Nasional (Menristek/ Kepala BRIN), Bambang Brodjonegoro mengatakan saat ini pihaknya sedang menguji terapi plasma darah atau plasma konvalesen untuk mengobati pasien Covid-19.

Sejauh ini terapi menujukan hasil positif dengan fakta bahwa penerima plasma darah mengalami perbaikan kondisi.

Bambang menjelaskan saat ini penelitian sedang mengkaji seberapa efektif plasma darah bagi pasien dalam berbagai kondisi, baik yang dalam keadaan kritis maupun yang dalam keadaan non-kritis.

“Sekarang sedang diteliti pada tahap kondisi pasien seperti apa sebaiknya plasma diberikan. Juga diteliti cara terbaik menentukan kadar antibodi dalam plasma darah tersebut. Pilot dengan skala terbatas cukup baik,” kata Bambang, Rabu (19/8).

Bambang menjelaskan hasil penelitian menunjukkan plasma darah kurang efektif bagi pasien yang berada dalam kondisi kritis atau parah. Sementara itu, terapi plasma darah disebut Bambang tak dibutuhkan oleh pasien dalam kondisi ringan.

“Kalau kondisi ringan, tidak perlu terapi tersebut tapi kondisi parah kurang efektif. Berarti kondisi di antaranya yang sedang dipastikan agar terapi lebih akurat,” tutur Bambang.

Bambang menjelaskan saat ini penelitian dilakukan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto dan di beberapa rumah sakit daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Kemenristek/BRIN, Kementerian Kesehatan, dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan telah melakukan kerja sama riset plasma darah. Unit Transfusi Darah PMI juga turut bekerja sama dengan rumah sakit di Indonesia.

Dihubungi terpisah, Staf Khusus Menristek/ Kepala BRIN, Ekoputro Adiyajanto mengingatkan terapi plasma konvalesen berjumlah terbatas. Oleh karena itu tidak dapat diberikan kepada semua pasien.

Ia mengatakan pasien yang diberikan terapi plasma darah mengalami perbaikan kesehatan.

“Sejauh ini beberapa pasien yang diberikan terapi plasma konvalesen telah menunjukkan perbaikan,” ujar Eko.

Pasien yang memenuhi syarat untuk menerima plasma darah ini adalah pasien dengan kriteria gejala moderate (sedang), severe (berat) dan acute (kritis).

Pasien tanpa gejala (OTG) tidak disarankan untuk mendapatkan terapi plasma konvalesen. Pasien tanpa gejala dianjurkan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah.

Terapi plasma darah konvalesen sendiri merupakan metode pengambilan plasma darah dari pasien positif corona yang sudah sembuh untuk ditransfusi ke pasien positif corona.

Darah yang yang diambil dari pasien sembuh Covid-19 nantinya akan dimasukkan ke mesin, lalu plasma akan dipindahkan dari sel. Kelebihan terapi plasma konvalesen adalah mampu mengeliminasi virus lewat antibodi pasien sembuh.

Terapi Plasma Covid-19 tunjukkan hasil positif dalam studi

Dilansir dari BGR, transfusi plasma pertama terbukti efektif pada awal pandemi dengan menyelamatkan nyawa pasien yang mengalami komplikasi parah yang dapat menyebabkan kematian.

Akan tetapi, pengamatan tersebut tidak cukup untuk membuktikan bahwa terapi plasma adalah pilihan pengobatan yang sahih untuk kasus Covid-19 dengan kondisi parah.

Hasil dari studi penting pertama telah diterbitkan, penelitian menunjukkan bahwa transfusi plasma dapat mengurangi komplikasi dan menyelamatkan nyawa.

Plasma adalah komponen darah yang mencakup partikel kecil yang menghalangi virus menginfeksi sel. Orang yang sembuh dari Covid-19 dapat menyumbangkan plasma yang kaya akan sel kekebalan.

Dokter dapat menggunakannya untuk kepada pasien yang cocok dengan plasma darah. Kabar baiknya adalah siapa pun yang sembuh dari Covid-19 dapat mendonasikan plasma ke rumah sakit mana pun yang menerimanya.

Selain itu, temuan awal ini memastikan bahwa menyuntikkan antibodi asing ke dalam tubuh manusia dapat menyelamatkan nyawa, dan itu berita bagus untuk terapi yang didasarkan pada antibodi monoklonal buatan.

Infografis Fakta-fakta Terapi Plasma Darah Obati Pasien Covid-19
Infografis Fakta-fakta Terapi Plasma Darah Obati Pasien Covid-19.

Dokter dari rumah sakit Houston Methodist mendaftarkan 316 pasien dari 28 Maret hingga 6 Juli dalam studi plasma Covid-19. Penelitian membandingkan hasil terapi plasma dengan kelompok kontrol pasien Covid-19 yang belum menerima plasma.

Para peneliti mengikuti pasien selama 28 hari dan menyimpulkan bahwa terapi plasma dapat secara signifikan mengurangi angka kematian pada pasien yang ditransfusikan dalam waktu tiga hari sejak dirawat di rumah sakit. Plasma yang ditransfusikan mengandung titer antibodi penetral yang tinggi.

Studi tersebut menyimpulkan bahwa terapi plasma berhasil, tetapi hanya pada kondisi tertentu. Pertama, pasien harus menerima transfusi sedini mungkin setelah datang ke rumah sakit. Lebih lanjut, plasma harus memiliki konsentrasi antibodi yang bersirkulasi tinggi.

Lebih lanjut, jenis pasien tertentu mungkin lebih mungkin untuk bertahan hidup setelah transfusi plasma daripada yang lain.

Sumber : CNN [dot] COM