Silicon Valley atau Lembah Silikon di California, adalah pusatnya perusahaan teknologi mentereng, yang ingin ditiru Indonesia dengan Bukit Algoritma. Di sinilah berbagai macam teknologi yang mengubah dunia diciptakan. Google, Facebook, HP, Intel sampai Apple bermarkas di sana.
Namun tidak ada yang sempurna. Terdapat berbagai sisi negatif di balik gemerlap Silicon Valley. Berikut di antaranya seperti dikutip detikINETdari Insider, Senin (12/4/2021):
1. Harga rumah tidak masuk akal
Gaji tinggi para karyawan teknologi membuat harga rumah di sekitar Silicon Valley terus membumbung sampai tidak masuk akal. Bahkan belakangan, pegawai teknologi pun kesulitan membayarnya. Bayangkan saja, pada tahun 2018 harga rata-rata rumah di Silicon Valley adalah USD 1,2 juta, termahal di Amerika Serikat.
Hal itu membuat banyak orang tak mampu beli rumah. Bahkan ada cerita karyawan Google tinggal di parkiran kantor selama dua tahun. Namanya Pete D’Andrea dan dia tinggal di mobil karavan sehingga bisa hemat 80% pendapatan. Memang meski bergaji tinggi, harga sewa atau membeli hunian di sekitar Silicon Valley terlampau tinggi. Itu sebabnya ada karyawan seperti Pete yang memilih bermukim di karavan.
2. Transportasi publik buruk
Transportasi publik di area Silicon Valley terkenal buruk. Fasilitas kereta atau bus tidak bisa diandalkan sehingga orang-orang memilih naik mobil. Hal itu menyebabkan kemacetan panjang hampir terjadi setiap hari, terutama pada saat jam pergi dan pulang kerja.
“Fasilitas transportasi publik di sini begitu buruk. Kereta Bay Area Rapid Transit tidak melayani seluruh area. Jika kalian datang dari bandara dan ingin ke Silicon Valley, perlu berganti 4 kali transportasi publik dalam skenario terbaik,” ucap seorang karyawan di sana.
3. Didominasi Ras Kulit Putih
Pegawai di perusahaan teknologi Silicon Valley memang berasal dari segala bangsa dan negara. Namun dinilai tetap saja ada terlalu banyak ras kulit putih, terutama di kalangan eksekutifnya. Hal itu kerap menjadi sasaran kritikan.
“Kurangnya diversitas adalah sangat ekstrem di Silicon Valley. Sangat sedikit investor atau entrepreneur yang mau mendiskusikan soal itu. Mereka bicara soal meritokrasi dan mungkin itu benar bagi yang bisa masuk komunitas ini. Tapi banyak orang tak punya akses,” cetus Jeff Pilisuk, pengamat dari iEnso Consulting.
4. Kesulitan jika umur sudah tua
Persaingan di Silicon Valley super tinggi. Anak muda terpintar mencoba peruntungan di sini dengan tujuan membangun perusahaan atau bekerja di raksasa teknologi. Akibatnya jika umur sudah tua dan belum mencapai apa-apa, mereka berpotensi besar tersisihkan.
“Itu bukan karena orang yakin bahwa programmer berusia 40 tahun ke atas tidak kompeten, bukan seperti itu. Namun ada sistem usia yang sangat keras di sini. Orang tidak ingin bekerja dengan mereka yang tua, yang karirnya tidak bagus,” sebut salah seorang karyawan di sana.
5. Sulit menemukan wanita single
Mayoritas karyawan di Silicon Valley adalah pria. Karenanya, cukup sulit untuk menemukan wanita single di sana. Apalagi persaingan sangat ketat. Mereka yang berpangkat tinggi dan banyak uang biasanya adalah yang beruntung.
“Jika Anda adalah pria, dan biasanya di sana banyak pria, janganlah datang ke Silicon Valley karena sepertinya Anda tidak akan beruntung. Kuantitas pria dan uang adalah penghalang bagi Anda,” kata seorang pegawai di Silicon Valley.
6. Banyak orang sombong
Karena begitu banyak orang pintar dan kaya, sikap arogan disebut banyak muncul di Silicon Valley. Mereka yang pintar, berhasil dan kaya biasanya cenderung meremehkan orang lain atau tidak mau bergaul. Hal ini juga menjangkiti kaum muda.
“Lingkungan di sini arogan. Mahasiswa dan orang dewasa di sini meremehkan orang yang tidak kuliah di universitas bagus. Banyak anak muda yang orang tuanya memegang gelar Ph.D dari universitas bergengsi,” ucap Min Ju Lee yang bekerja di Google X.
7. Orang di luar perusahaan teknologi diremehkan
Orang-orang pergi ke Silicon Valley untuk mendapatkan pekerjaan bergengsi di para perusahaan teknologi besar. Akibatnya, orang-orang yang tidak bekerja di perusahaan teknologi banyak yang merasa diremehkan.
“Bahaya berada di tempat yang terpusat pada teknologi adalah semua hal yang bukan teknologi sepertinya tidak penting. Silicon Valley adalah area yang sulit untuk punya kehidupan sosial. Teknologi dipandang sebagai solusi untuk semua masalah,” cetus seorang karyawan.