India Dilanda ‘Tsunami Covid’ Setelah Gelar Ritual Massal Keagamaan dan Pawai Politik

0
461

India mencatat sebanyak 230.000 kasus baru Covid-19 pada Sabtu (17/04) sehingga jumlah kasus secara keseluruhan di negara itu mencapai 140 juta sejak pandemi dimulai tahun lalu.

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, memperingatkan bahwa “kasus-kasus dan kematian terus meningkat pada laju yang mengkhawatirkan”.

Dia menambahkan, “secara global, jumlah kasus baru per pekan hampir berlipat ganda selama dua bulan terakhir”.

AS, India, dan Brasil—tiga negara dengan jumlah kasus penularan Covid-19 terbanyak di dunia—mencatat lebih dari satu juta kematian, menurut Universitas Johns Hopkins.

Pekan lalu, rata-rata sebanyak 12.000 kematian dilaporkan terjadi setiap hari di seluruh dunia, demikian dilaporkan kantor berita AFP.

Akan tetapi, pencatatan angka resmi sedunia mungkin tidak menggambarkan angka secara utuh di banyak negara.

Apa yang terjadi di India?

Beberapa pekan lalu, India tampak mampu mengendalikan pandemi. Pada Januari hingga Februari, kasus Covid-19 di negara itu berada di bawah 20.000—relatif rendah di negara dengan 1,3 miliar penduduk.

Pada periode itu, perkantoran, pasar tradisional, mal, dan berbagai moda transportasi beroperasi dengan kapasitas penuh. Pesta pernikahan, acara keagamaan, dan pawai politik turut digelar, yang para pesertanya sebagian besar tidak memakai masker dan menjaga jarak.

Akibatnya, sebagaimana dikatakan seorang dokter kepada wartawan BBC, Vikas Pandey dan Anshul Verma, terjadi “tsunami Covid”.

Selama tiga hari berturut-turut, dari Kamis (15/04) hingga Sabtu (17/04) jumlah kasus Covid-19 mencetak rekor. Khusus pada Sabtu (17/04), sebanyak 234.000 kasus dilaporkan terjadi.

Sejumlah rumah sakit semakin kekurangan tempat tidur dan tabung oksigen. Orang-orang yang sakit ditolak dan beberapa keluarga mengunjungi pasar gelap untuk mendapatkan obat-obatan. Investigasi BBC menemukan bahwa obat-obatan yang ditawarkan mencapai lima kali lipat dari harga resmi.

Acara keagamaan diikuti jutaan orang

Perhatian rakyat India kini tertuju pada Festival Kumbh Mela yang diikuti jutaan umat Hindu. Sedikitnya 1.600 orang teruji positif mengidap Covid-19 setelah mengikuti acara tersebut antara 10-14 April.

Foto-foto menunjukkan sekian banyak orang berkumpul di Kota Haridwar, Negara Bagian Uttarakhand, kemudian berendam bersama di Sungai Gangga.

Umat Hindu di India meyakini sungai tersebut suci dan berendam di dalamnya akan membersihkan dosa-dosa sekaligus membawa keselamatan.

Sebuah perkumpulan umat Hindu memutuskan menarik diri dari festival tersebut.

“Kumbh Mela sudah selesai bagi kami,” kata Ravindra Puri, sekretaris perkumpulan Niranjani Akhada kepada media setempat.

Keputusan itu diambil sehari setelah Swami Kapil Dev, kepala perkumpulan Hindu lainnya, meninggal dunia dengan diagnosa Covid-19.

Meski demikian, banyak yang tidak mengambil sikap serupa.

Ujwal Puri, misalnya. Pebisnis berusia 34 tahun itu tiba di Haridwar pada 9 Maret dengan bersenjatakan sejumlah botol hand sanitiser, masker, dan pil vitamin.

Kepada BBC, dia mengaku tidak diperiksa suhu tubuhnya oleh petugas di bandara atau di Haridwar. Saat beribadah di Haridwar, banyak orang tampak tidak memakai masker. Kalaupun ada yang memakai, masker diturunkan ke dagu.

“Tidak ada jarak sosial. Orang-orang duduk bersebelahan dengan rapat untuk berdoa,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, sejarawan India bernama Gopal Bhardwaj menilai festival itu seharusnya ditunda.

“Kumbh harus ditunda. Kumbh dimaksudkan untuk memberi kedamaian pada nurani. Bagaimana mungkin orang menemukan kedamaian diri jika orang tercinta tertular Covid?”