Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan adanya potensi cuaca ekstrem di wilayah Indonesia sejak tanggal 10-17 Mei 2021. Fenomena itu dipengaruhi oleh adanya aktivitas fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO).

Hasil dinamika atmosfer-laut, BMKG menyebut fenomena MJO di wilayah Indonesia terjadi bersamaan dengan aktifnya fenomena gelombang Ekuatorial lainnya seperti gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial.

MJO merupakan suatu fenomena gelombang atmosfer yang bergerak merambat dari belahan barat (Afrika) ke timur (Samudera Pasifik) dengan periode antara 30-60 hari dan dapat meningkatkan potensi hujan pada daerah yang dilewatinya. Umumnya MJO mampu bertahan aktif di Indonesia selama 22 hari.

Kemudian, teramati pola sirkulasi siklonik di wilayah Indonesia, yaitu di Laut Sulu dan Papua Barat yang dapat membentuk pertemuan dan perlambatan kecepatan angin.

“Kemudian sirkulasi siklonik lain terpantau di Sumbar, ini jg akan membentuk semacam konvergensi yang nanti juga akan dapat menimbulkan pembentukan awan-awan konvektif,” ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto lewat konferensi pers virtual, Senin (10/5).

Awan konvektif kuat ini berpengaruh pada pembentukan awan hujan yang lebih intensif. Sehingga, meningkatkan potensi curah hujan di beberapa wilayah Indonesia.

BMKG menyebut kondisi tersebut dapat menimbulkan potensi hujan sednag hingga lebat pada tanggal 10-12 Mei 2021 di Aceh, Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Kep.Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Pada tanggal 13-15 Mei 2021 di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Kep.Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Pada tanggal 16-17 Mei 2021 : Aceh, Kep.Riau, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Kemudian, beberapa daerah berdasarkan prakiraan cuaca berbasis dampak banjir/ bandang dengan kategori waspada perlu diwaspadai di wilayah seperti Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Papua.

Di sisi lain, BMKG juga menyebut awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial maksimum antara 50-75 persen (OCNL / Occasional) juga diprediksi terjadi di beberap wilayah pada tanggal 10-16 Mei 2021.

Sepekan kedepan, BMKG juga menyebut akan terjadi gelombang tinggi setinggi 1,25 hingga 4 meter. Khusus di Samudra Hindia selatan Banten hingga Jawa Timur, ketinggian gelombang bisa mencapai 4-6 meter.

Terkait hal itu, BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem pada Periode Pancaroba, misalnya hujan secara sporadis, lebat dan durasi singkat, disertai petir dan angin kencang, bahkan hujan es.

“Hal ini berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung, terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi,” ujar Guswanto.

Guswanto menyampaikan beberapa wilayah akan dilanda hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi pada malam jelang lebaran. Beberapa daerah yang mendapat perhatian adalah Bengkulu, Padang, Kalimantan Utara, hingga Sulawesi Selatan.

“Untuk khusus tanggal 12 di wilayah Bengkulu, kemudian Sulbar dan Sulsel bagian utara. Kemudian Kaltara, kemudian di Lampung dan Jawa Tengah di sekitar Banjar Negara,” ujar Guswanto.