Facebook, WhatsApp & Instagram Blokir Konten Taliban, Kenapa?

0
477

Facebook menyatakan telah melarang semua konten terkait Taliban dan yang mendukung dari platform ini karena menganggap kelompok itu sebagai organisasi teroris.

Selama bertahun-tahun, Taliban telah menggunakan media sosial untuk menyebarkan pesannya.

Pengambilalihannya kekuasaan yang cepat di Afghanistan menimbulkan tantangan baru bagi Facebook dalam menangani konten yang terkait dengan kelompok ini.

“Taliban dikenai sanksi sebagai organisasi teroris di bawah hukum AS dan kami telah melarang mereka dari layanan kami sebagai Organisasi Berbahaya dari kebijakan kami. Ini berarti kami menghapus akun yang dikelola oleh atau atas nama Taliban dan melarang pujian, dukungan, dan perwakilan dari mereka, “kata seorang juru bicara Facebook kepada BBC dikutip Selasa (17/8/2021).

Facebook mengatakan memiliki tim ahli Afghanistan yang berdedikasi untuk memantau dan menghapus konten yang terkait dengan kelompok tersebut.

“Kami juga memiliki tim ahli Afghanistan yang berdedikasi, yang merupakan penutur asli dari Pashto dan memiliki pengetahuan tentang konteks lokal, membantu mengidentifikasi dan mengingatkan kami tentang masalah yang muncul di platform,” tambah mereka.

Facebook menyoroti bahwa kebijakan tersebut berlaku untuk semua platformnya termasuk jaringan media sosial andalannya, Instagram dan WhatsApp. Pasalnya, ada laporan bahwa Taliban menggunakan WhatsApp untuk berkomunikasi.

Facebook mengatakan kepada BBC bahwa mereka akan mengambil tindakan jika menemukan akun kelompok Taliban di aplikasi WhatsApp.

Selain Facebook, sorotan juga mengarah pada platform media sosial lain seperti Twitter, utamanya atas cara mereka menangani konten terkait Taliban.

Menanggapi pertanyaan BBC tentang penggunaan Twitter oleh Taliban, juru bicara perusahaan menyoroti kebijakan terhadap organisasi kekerasan dan perilaku kebencian.

Menurut aturannya, Twitter tidak mengizinkan kelompok yang mempromosikan terorisme atau kekerasan terhadap warga sipil.

Namun, YouTube Alphabet tidak segera menanggapi permintaan BBC untuk mengomentari kebijakannya sehubungan dengan Taliban.