Saat ini teknologi berkembang begitu cepat dan masif. Sayangnya hal ini kurang diimbangi oleh kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) atau talenta digital Indonesia dalam merespon dan memanfaatkan tren tersebut. Selain itu, kesempatan untuk belajar dan berkarya dalam skala global juga minim ditemukan di dalam negeri.

Mengacu studi East-Venture Capitals dalam Digital Competitiveness Index (DCI) 2021 mencatat SDM digital Indonesia rata-rata nasional baru mencapai skor 20,9 dari 80. Meskipun begitu studi tersebut menyebutkan terjadi penurunan kesenjangan kualitas SDM digital antardaerah. Lebih detail, Indonesia pada 2020 mendapatkan skor 77,3 poin di 2020 turun menjadi 58,4 poin pada 2021.

“Upaya peningkatan literasi dan mutu talenta digital nasional dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas SDM digital di Tanah Air dan ini harus dibantu juga oleh perusahaan teknologi swasta,” kata Staf Khusus Menteri Bidang Digital dan SDM Menkominfo Dedy Permadi lewat pesan singkat beberapa waktu lalu.

Jika melihat skor rata-rata nasional maka Indonesia perlu banyak berbenah untuk meningkatkan mutu talenta digital. Langkah ini sangat penting untuk dilakukan karena di masa mendatang tren penggunaan teknologi digital akan semakin masif berkembang.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh LinkedIn pada 2020 lalu menyebutkan, di masa mendatang, kecakapan digital akan berfokus pada konsep The ABC yakni Artificial Intelligence, Big Data, dan Cloud Computing.

Riset lain dari World Economic Forum (WEF) pada 2020 memprediksi ada beberapa teknologi yang akan mengalami peningkatan peluang adopsi pada tahun 2025 yakni enkripsi dan keamanan siber (29%), cloud computing (17%), blockchain (11%), robot humanoid (11%), robot non-humanoid seperti drones (10%), percetakan 3D atau 4D (10%), Internet of things (9%), Artificial Intelligence (8%), Bioteknologi (8%), dan Big Data Analytics (2%).

Untuk dapat memanfaatkan tren perkembangan teknologi, para talenta digital perlu mendapatkan perpaduan pembelajaran antara technical dan soft skill. Menurutnya, dua hal tersebut mampu melahirkan kecakapan yang paling dibutuhkan di era revolusi industri 4.0. Adapun soft skill yang dimaksud meliputi konsep 4C yakni critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreativitas), collaboration (kolaborasi), dan communication (komunikasi).

“Kombinasi dari kecakapan-kecakapan inilah yang akan berperan besar dalam menyukseskan transformasi digital Indonesia sekaligus meningkatkan kompetensi juga daya saing talenta digital Indonesia di level global,” ujarnya.

Upaya untuk meningkatkan mutu SDM digital Indonesia tentu tidak bisa dibebankan kepada pemerintah saja. Namun semua pihak berbagai sektor perlu turut berkontribusi terhadap pengembangan mutu talenta digital Indonesia, diantaranya akademisi, organisasi masyarakat, serta pihak swasta.

“Beberapa perusahaan swasta juga mengembangkan akademi sendiri maupun mendukung program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) Kemendikbud Ristek,” kata Dedy.

Dedy mengatakan untuk swasta seperti Grab, Shopee, Lazada, Tokopedia hingga Gojek yang bergerak dalam bidang teknologi bisa membuat akademi atau kesempatan sendiri untuk mendukung peningkatan mutu talenta digital Indonesia, sekaligus menyediakan wadah untuk talenta digital ini bisa berkarya.

Dedy optimistis jika semua elemen berkontribusi maka setiap peluang dari perkembangan teknologi digital dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.

“Sudah saatnya Indonesia menjadi rumah bagi talenta digital lokal untuk berkarya. Dengan demikian, kita dapat mengoptimalkan peluang pemanfaatan teknologi digital secara tepat guna dan harapannya dapat meningkatkan valuasi ekonomi digital nasional,” tutupnya.