Dua pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Ukraina, Chernobyl dan PLTN terbesar di Eropa, Zaporizhzhia, tidak lagi mengirimkan data ke badan pengawas atom PBB.

International Atomic Energy Agency (IAEA) pada Rabu (9/3) mengumumkan bahwa mereka telah kehilangan kontak dengan pembangkit nuklir aktif di Zaporizhzhia, menyatakan tidak lagi menerima transmisi data jarak jauh dari sistem pengamanan yang dipasang untuk memantau bahan nuklir.

Situasi serupa dilaporkan terjadi pada Chernobyl, lokasi bencana nuklir tahun 1986. Akses listrik ke Chernobyl juga membuat cemas para ahli. Pasalnya, listrik masih dibutuhkan ke lokasi Chernobyl untuk menyalakan kolam pendingin yang digunakan untuk menampung bahan bakar radioaktif. Secara teori, jika tidak ada pendinginan, hal ini dapat menyebabkan bahan bakar nuklir bekas menjadi terlalu panas.

IAEA meyakinkan pemutusan Chernobyl dari jaringan listrik tidak akan berdampak kritis pada fungsi keselamatan penting di lokasi. Meski demikian, mereka mencatat bahwa situasi ini akan menambah tekanan lebih berat kepada karyawan di faslitas tersebut, dan kemungkinan bisa menyebabkan kerusakan lebih lanjut terkait keselamatan radiasi operasional di lokasi.

Dikutip dari IFL Science, Zaporizhzhya dalam kondisi yang sedikit lebih baik. Fasilitas ini masih dialiri listrik melalui sejumlah saluran listrik tegangan tinggi di luar lokasi. Ia juga memiliki saluran listrik tambahan di luar lokasi dan mesin diesel sebagai cadangan.

Namun demikian, hilangnya komunikasi dengan kedua PLTN masih mengkhawatirkan karena membuat otoritas nuklir internasional tidak mengetahui data keselamatan yang penting. Mengingat ada perang yang sedang berkecamuk di sekitar kedua pabrik, informasi ini sangat dibutuhkan.

“Transmisi data jarak jauh dari peralatan perlindungan IAEA yang terletak di lokasi nuklir di seluruh dunia merupakan komponen penting dari implementasi perlindungan kami, di Ukraina dan secara global,” kata Direktur Jenderal IAEA Rafael Mariano Grossi.

“Sistem seperti itu dipasang di beberapa fasilitas di Ukraina, termasuk semua PLTN, dan memungkinkan kami untuk memantau bahan dan aktivitas nuklir di lokasi ini ketika inspektur kami tidak ada,” sambungnya.

Kedua PLTN di Ukraina baru-baru ini jatuh ke tangan tentara Rusia yang menyerang. Yang mengkhawatirkan, alasan gangguan dalam transmisi tidak jelas. IAEA mengatakan terus menerima data seperti itu dari fasilitas nuklir lain di Ukraina.

PLTN Chernobyl jatuh ke tangan Rusia pada awal invasi Rusia pada 24 Februari. Kemudian PLTN Zaporizhzhia dikuasai pada 4 Maret, menyusul kebakaran yang terjadi di fasilitas tersebut selama terjadi peristiwa penembakan.

Pakar nuklir sangat prihatin dengan Zaporizhzhia dan Chernobyl. Namun mereka memperingatkan bahwa kedua situasi saat ini tidak boleh dianggap berlebihan dan risiko kecelakaan nuklir saat ini rendah. Pernyataan ini diperkuat komentar dari Tony Roulstone dari Departemen Teknik di University of Cambridge.

“(Situasi) ini tidak mengkhawatirkan seperti Fukushima karena reaktor Chernobyl telah dimatikan untuk waktu yang lama dan panas peluruhan akan sangat berkurang. Namun demikian, ini adalah situasi yang tidak sehat bagi staf di lokasi dan area sekitarnya,” sebutnya.