Sebanyak 850 desa di Sulawesi Tengah (Sulteng) belum memiliki akses internet.

“Dari total 1.842 desa di Sulteng, sebanyak 942 desa sudah memiliki akses internet. Sementara 850 desa lainnya belum memiliki akses,” kata Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Provinsi Sulawesi Tengah Mohamad Nadir seperti dikutip dari Antara, Jumat (20/5).

Kehadiran internet di desa menurut Nadir sangat penting. Pasalnya, internet merupakan salah satu pendongkrak pembangunan di desa.

Hadirnya internet memungkinkan warga meningkatkan taraf hidup mereka. Lewat internet, warga dapat berkomunikasi dengan orang di luar desa mereka tanpa harus keluar desa.

Selain itu, warga juga dapat mempromosikan potensi dan produk dari desa mereka. Untuk mengatasi absennya internet, Nadir mengatakan pemerintah berencana menyediakan akses internet secara bertahap.

“Untuk mengatasi itu secara bertahap tiap tahun, mulai tahun 2022 hingga tahun 2024 kita menyediakan akses internet di desa-desa di Sulteng,” katanya.

“Ini menjadi salah satu program utama Pemerintah Provinsi Sulteng dan dibantu oleh Kementerian Desa karena Kementerian Desa juga punya program untuk menyediakan akses Internet di 3.000 desa di Indonesia,” ujar Nadir menambahkan.

Tak kalah penting, kehadiran internet harus juga ditunjang dengan perawatan yang berkelanjutan. Tenaga Ahli Gubernur Sulteng, M. Ridha Saleh mengatakan, internet yang stabil akan sangat membantu warga desa.

“Ini salah satu cara mentransformasi pembangunan di desa. Jadi bagaimana desa dapat menjadi basis untuk meningkatkan pembangunan di daerah. Makanya kami bekerjasama dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan vendor di bidang kelistrikan yang merupakan anak perusahaan PLN untuk menstabilkan jaringan internet di desa,” ucap Saleh.

Tidak sendiri

Di sisi lain, sejumlah wilayah di Indonesia memang masih bermasalah dengan internet. Di Merauke, Papua akses internet sempat putus pada akhir April lalu. Akibatnya, masyarakat Merauke pun terpaksa menumpang di wifi hotel untuk mengakses internet.

Seorang pelajar, Rizky harus menggunakan jaringan internet milik Swiss – Bel hotel Merauke dengan membayar Rp 75 ribu. Padahal, ia hendak mendaftar perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB).

“Ini hari terakhir, daftarnya di IPB, jaringannya susah masuk nih, sudah sempat daftar sebelumnya. Voucher-nya beli Rp75 ribu untuk dua jam,” ujar Rizky saat ditemui CNNIndonesia TV, Sabtu (16/4).

Warga di Kecamatan Lengkiti, Sumatera Selatan juga sempat mengeluh kesulitan mengakses internet. Untuk mendapatkan sinyal, warga terpaksa naik ke atas pohon.