Warga Jakarta menggunakan payung menghalau sengatan matahari siang hari di kawasan Thamrin, Jakarta, Selasa, 22 Oktober 2019. BMKG mencatat suhu udara pada siang hari masih terjadi di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan hingga akhir Oktober 2019. (CNN Indonesia/ Safir Makki) Baca artikel CNN Indonesia "BMKG: Suhu Panas Jakarta Bukan Gelombang Panas" selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20220510084233-199-794865/bmkg-suhu-panas-jakarta-bukan-gelombang-panas. Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan suhu panas yang terjadi di Jakarta bukan gelombang panas.

BMKG melalui keterangan resminya pada Selasa (10/5) menjelaskan menurut WMO (World Meteorological Organization) gelombang panas atau heatwave merupakan fenomena kondisi udara panas berkepanjangan selama lima hari atau lebih secara berturut-turut.

Selain itu suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5 derajat celcius atau lebih.

“Fenomena gelombang panas ini biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika yang dipicu oleh kondisi dinamika atmosfer di lintang menengah,” kata Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto dalam rilis yang diterima CNNIndonesia.com.

“Sedangkan yang terjadi di wilayah Indonesia adalah fenomena kondisi suhu panas/terik dalam skala variabilitas harian,” lanjutnya memastikan.

Selama pekan lalu sebagian masyarakat di sejumlah wilayah di Indonesia merasakan suhu panas yang bikin gerah.

Menurut data hasil pengamatan BMKG suhu maksimum terukur selama periode tanggal 1 sampai 7 Mei 2022 berkisar antara 33 – 36,1 derajat celcius dengan suhu maksimum tertinggi hingga 36,1 derajat celcius terjadi di wilayah Tangerang-Banten dan Kalimarau-Kalimantan Utara.

Suhu maksimum tertinggi di Indonesia pada April selama empat sampai lima tahun terakhir sekitar 38,8 derajat celcius di Palembang pada 2019. Sedangkan pada Mei sekitar 38,8 derajat celcius di Temindung Samarinda pada 2018.

Lebih lanjut fenomena suhu udara terik yang terjadi pada siang hari tersebut menurut BMKG dipicu beberapa hal.

“Posisi semu matahari saat ini sudah berada di wilayah utara ekuator yang mengindikasikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau, di mana tingkat pertumbuhan awan dan fenomena hujannya akan sangat berkurang, sehingga cuaca cerah pada pagi menjelang siang hari akan cukup mendominasi,” jelasnya.

Selain itu, dominasi cuaca cerah dan tingkat perawanan yang rendah disebut dapat mengoptimalkan penerimaan sinar matahari di permukaan Bumi, sehingga menyebabkan kondisi suhu lebih panas dirasakan masyarakat pada siang hari.

Cuaca panas terik pada siang hari di beberapa wilayah Indonesia ini disebut BMKG masih akan terjadi hingga pertengahan Mei.

“Dengan kondisi tersebut, BMKG mengimbau kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga kondisi stamina tubuh dan kecukupan cairan tubuh. Terutama bagi warga yang beraktivitas di luar ruangan pada siang hari dan juga kepada warga yang akan melaksanakan perjalanan mudik atau mudik balik supaya tidak terjadi dehidrasi, kelelahan dan dampak buruk lainnya,” tutup BMKG.