Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) mengatakan pengguna internet di Indonesia mencapai 210 juta jiwa atau 77,02 persen dari jumlah penduduk. Namun masih ada sekitar 23 persen yang belum sama sekali dapat mengakses internet untuk berbagai tujuan.
“Tentunya efek pandemi COVID-19 membawa dampak signifikan bagi penggunaan internet di Indonesia,” jelas Muhammad Arif saat membuka diskusi “Indonesia Digital Outlook 2022: Encouraging The Acceleration Of Sustainable Digital Transformation” secara daring, Kamis (9/6/2022).
Arif menambahkan Indonesia terbukti mampu melakukan transformasi digital di berbagai sektor pada saat pandemi. Semisal tranformasi digital dalam dunia pendidikan dengan menggunakan pembelajaran online. Menurutnya, transformasi digital di berbagai sektor masih dapat ditingkatkan untuk lebih berkontribusi pada perekonomian nasional.
Kendati demikian, ia mengingatkan masih ada lebih dari dua puluh persen penduduk Indonesia yang belum mendapat pelayanan internet. Karena itu, ia mendorong semua pihak untuk mewujudkan pemerataan internet di seluruh wilayah Indonesia.
“Permasalahan itu (pemerataan internet) juga menjadi kendala tranformasi digital di semua sektor. Untuk itu saya mengajak semua pihak untuk bahu-membahu mengakselerasi pemerataan infrastruktur digital di Indonesia.”
Ia juga mengapresiasi fokus Presidensi G20 Indonesia, yang salah satunya membahas tentang digitalisasi. Menurutnya, pembahasan tersebut penting untuk memberikan rekomendasi bahwa industri digital dapat meningkatkan perekonomian dunia. Selain itu, ia berharap Indonesia dapat menarik investor untuk pembangunan infrastruktur digital di dalam negeri sehingga akses internet semakin merata.
Pengguna Internet di Indonesia Timur Kurang Dari 5%
Survei APJII menunjukkan kontribusi pengguna internet sebagian besar berada di Pulau Jawa (43,92 persen), Sumatera (16,63 persen), dan Sulawesi (5,53 persen). Sedangkan lainnya di bawah lima persen, yaitu Kalimantan (4,88 persen), Nusa Tenggara (2,71 persen), Papua (1,38 persen), Bali (1,17 persen), dan Maluku (0,83 persen).
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengatakan Indonesia telah memasuki era kedaulatan digital. Karena itu, pemerintah ingin memastikan ruang-ruang digital bermanfaat bagi semua masyarakat. Salah satunya dengan memastikan konektivitas dan infrastruktur digital tersedia dengan baik.
“Fiber optik kita itu sudah 360 ribu kilometer di darat dan dasar laut. Panjang sekali,” tutur Johnny G. Plate.
Kendati demikian, Johnny menjelaskan pemerintah merasa perlu menambah fiber optik sepanjang 12 ribu kilometer lagi di darat dan dasar laut untuk menghubungkan titik-titik yang belum terhubung. Sedangkan untuk wilayah yang tidak memungkinkan dibangun fiber optik akan digunakan Microwave Link (nirkabel).
Selain itu, kata dia, pemerintah juga sedang membuka jaringan fiber optik di tingkat global dengan akan membangun fiber optik yang akan menghubungkan Indonesia dengan pantai barat Amerika Serikat. Ia memperkirakan panjang fiber optik ini sekitar 12 ribu hingga 17 ribu kilometer.