Ketika bicara soal gunung meletus, yang sering muncul di top of mind adalah Gunung Krakatau. Padahal, ada juga Tambora yang ternyata jauh lebih dahsyat letusannya. Bahkan, Tambora sempat membuat bangsa Eropa ‘kehilangan’ musim panas mereka selama 3 tahun.
Bagaimana cerita soal dahsyatnya letusan Gunung Tambora? Pakar Vulkanologi ITB Mirzam Abdurachman menjelaskannya dalam ‘Eureka! Edisi 10: Rahasia Gunung Api’, Senin (17/10/2022).
“Kalau membandingkan Toba, Tambora dan Krakatau, kemudian bicara dari skala yang paling besar hingga paling kecil, Toba kita di-8, Tambora di-7, kemudian Krakatau yang di tahun 1883 itu yang di skala 6,” ujarnya.
“Sebenarnya, Krakatau punya letusan lebih besar di tahun 535-an, tapi pencatatan kita masih kurang baik. Tapi posisi Tambora, seperti yang tadi saya jelaskan,” sambungnya.
Mirzam mengatakan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi pencatatan kejadian letusan gunung berapi. Salah satunya adalah dampak yang ditinggalkan perkara kejadian letusan itu. Letusan yang besar saja tidak cukup untuk membuat kita mendapatkan tinggalan catatan.
Tambora, termasuk gunung yang meninggalkan catatan karena dampaknya begitu jelas. Abu yang banyak membuat Bumi diselubung kegelapan sehingga Eropa tidak mengalami musim panas selama tiga tahun lamanya. Letusan Tambora bahkan membuat Bumi mengalami ‘global cooling’ atau pendinginan Bumi secara global.
“Jadi, Tambora dia posisinya ke-2 dengan Fe-nya (kadar logam besi) 7,” tutupnya.