Inilah Data Yang Paling dicari oleh Fintech, Ternyata Bukan KTP Loh ?

0
402
Ilustrasi scamming. (Istockphoto/ Undefined)

Data kini menjadi aset yang paling berharga. Salah satu industri yang sangat bergantung kepada data adalah perusahaan teknologi finansial atau fintech.

Apapun model bisnisnya, mulai dari peer-to-peer lendingpay later, bursa kripto, hingga bank digital, fintech, tetap membutuhkan data dalam operasional mereka sehari-hari.

Bukan hanya untuk memastikan kesuksesan bisnis mereka. Perusahaan fintech juga dituntut untuk memiliki data terlengkap dan terakurat oleh regulator sektor keuangan.

Business Development Director Advance.ai Ronald Molenaar menjelaskan bahwa perusahaan fintech menggunakan data untuk proses know-your-customer secara digital.

Tidak seperti model konvensional, perusahaan fintech didorong untuk menggunakan metode dan data alternatif untuk memastikan identitas calon pengguna.

Paling dasar, fintech tentu membutuhkan data yang tertera dalam kartu identitas yang diterbitkan negara seperti KTP, SIM, atau Paspor. Namun, mereka menggunakan metode jarak jauh untuk memverifikasi, biasanya dengan meminta pengguna menunjukkannya ke kamera ponsel.

Hanya saja, data dari KTP ternyata tidak begitu bisa diandalkan, terutama data alamat, padahal fintech sangat membutuhkan data yang satu ini untuk mengelola risiko. Kegunaan alamat, misalnya dalam risiko terburuk, untuk penagihan lewat surat atau secara langsung.

Alasan ini, jelas Molenaar, yang mengharuskan fintech memiliki data alamat yang seakurat mungkin. Kini, lanjutnya, perusahaan yang memiliki data alamat paling akurat adalah perusahaan e-commerce seperti Tokopedia dan Shopee.

Data alamat di KTP, biasanya sudah tidak menjadi domisili pemiliknya. Data alamat milik e-commerce pasti akurat, karena pengguna tentu tidak ingin barang yang mereka beli secara online sampai di tangan yang salah. “Karena itu, sekarang Toko Score [anak usaha Tokopedia], data mereka paling dicari,” Molenaar, Selasa (18/10/2022).

Namun, harus dicatat bahwa fintech tidak bisa mengakses langsung data milik perusahaan e-commerce, tetapi hanya bisa memverfikasi data yang diserahkan pengguna ke mereka dengan data yang dimiliki entitas lain, termasuk perusahaan e-commerce.

Advance.ai adalah salah satu perusahaan milik Advance Intelligence, startup yang didanai oleh SoftBank Vision Fund, Warburg Pincus, dan Northstar.

Perusahaan yang juga merupakan induk dari perusahaan pay later Atome ini, meraih pendanaan seri D senilai US$400 juta yang meningkatkan valuasinya menjadi US$2 miliar.