Rusia punya cara menutupi invasi mereka ke Ukraina kepada rakyatnya. Pemerintah Rusia menyensor ketat informasi yang beredar di media baik televisi dan internet.
Melansir BBC, pemerintah Rusia menyensor informasi yang berkaitan dengan invasi tersebut dengan cara mengacaukan pencarian di internet. Salah satunya dengan memberi informasi palsu di mesin pencarian Yandex.
Yandex merupakan mesin pencarian asli Rusia dan banyak digunakan di sana. Tindakan pemerintah Rusia itu diketahui setelah Lev Gershenzon mencoba mencari informasi soal serangan ke kota Kremenchuk, yang menewaskan 20 orang.
“Sumber informasi yang muncul paling atas terlihat aneh dan samar. Ada satu blog dari orang tak dikenal yang mengklaim informasi soal korban jiwa itu palsu,” katanya.
Tak cuma Kremenchuk, informasi soal beberapa kota lain yang menjadi target serangan Rusia juga mengalami penyensoran. Apalagi, jika pencarian itu dilakukan menggunakan bahasa Rusia dan VPN yang disesuaikan lokasinya seolah berada di negara tersebut.
Kota Bucha
Kota Bucha misalnya, informasi yang muncul soal kota ini di Yandex dan Google berbeda. Bucha adalah salah satu kota di Ukraina di mana ratusan orang tewas akibat serangan pasukan Rusia sebelum mereka mundur pada April lalu.
Di Yandex, hasil yang muncul memperlihatkan bahwa peristiwa serangan itu tidak pernah terjadi. Tiga dari sembilan hasil teratas adalah blog anonim yang membantah keterlibatan pasukan Rusia.
Hal sebaliknya terjadi pada Google yang menampilkan rentetan informasi soal serangan tersebut.
Kota Lyman
Informasi lain yang dikaburkan adalah soal kota Lyman. Pada Oktober lalu, ditemukan kuburan massal di kota itu setelah Lyman diambil alih lagi oleh pasukan Ukraina.
Jika mencari di Yandex, cerita soal kuburan massal itu cenderung menyalahkan pasukan Ukraina yang disebut mirip Nazi. Cerita-cerita yang muncul pun condong memihak kepada Rusia.
Kata Kunci Ukraina
Hal yang sama terjadi jika pengguna internet mencari dengan kata kunci ‘Ukraina’. Empat dari sembilan hasil di halaman pertama pada Yandex memihak Kremlin.
Tidak ada hasil dari media independen. Jika pun ada, hasilnya muncul dari Wikipedia dan YouTube.
Pihak Yandex sendiri membantah ada campur tangan manusia dalam pengurutan hasil pencarian. Menurut mereka, apa yang ditampilkan sudah sesuai dengan informasi yang tersedia di internet.
Hal itu dibenarkan oleh beberapa ahli. Menurut mereka, perbedaan hasil ini dikarenakan adanya blok dari pemerintah Rusia terhadap sejumlah situs.
Alhasil, situs-situs itu tidak dapat tampil di Yandex. “Otoritas bisa benar-benar menghapus hasil pencarian,” kata Alexeix Sokirko, mantan pengembang Yandex.
Namun demikian, ada analisa lain terhadap perbedaan hasil pencarian di Google dan Yandex. Menurut ahli pencarian Nick Boyle, hasil pencarian di YAndex mungkin saja merefleksikan keberpihakan warga Rusia kepada pemerintahnya.
Mengutip Wired, pemerintah Rusia pada November tahun lalu telah menuntaskan tes internet yang digunakan di dalam negeri bernama RuNet. Sistem internet itu diharapkan bisa bertahan bahkan ketika diputus dari seluruh dunia.
Pemerintah Rusia mengklaim inisiatif itu berkaitan dengan keamanan siber, para peneliti dan aktivis HAM di dalam negeri dan seluruh dunia menilai tes itu menggarisbawahi usaha Rusia untuk mengontrol dan menyensor akses kepada informasi di dalam wilayahnya.
Rusia sendiri saat ini diketahui telah memblok Twitter, Facebook, Meta, dan Instagram. Media-media itu diblok sejak invasi Rusia ke Ukraina Februari lalu.
Sumber : CNN [dot] COM