Ahli Ramal Kromosom Y Musnah, Akan Tak Ada Lagi Laki-laki di Dunia?

0
420

Kromosom Y yang bertindak sebagai penentu jenis kelamin laki-laki pada manusia disebut akan punah. Apakah itu berarti laki-laki akan musnah dan jenis kelamin baru akan muncul?

Pada manusia, wanita memiliki dua kromosom X, sedangkan laki-laki memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y. Kromosom X berisikan sekitar 900 gen yang melakukan pekerjaan apapun namun tidak berkaitan dengan jenis kelamin.

Kromosom Y itu, dengan segala kandungannya, berjumlah lebih sedikit dan berisikan DNA yang tidak terkode dan repetitif.

Meskipun demikian, kromosom Y lah yang memainkan peran vital karena mengandung gen yang menentukan perkembangan jenis kelamin laki-laki di embrio. Sekitar 12 pekan dari pembuahan, gen-gen di kromosom Y saling bertukar dan memunculkan perkembangan testis.

Testis yang bersifat embrio itu membuat hormon pria (testosteron dan turunannya), yang memastikan bayi berkembang menjadi laki-laki. Gen-gen pada kromosom Y itu disebut dengan SRY pada tahun 1990.

SRY bekerja dengan cara memicu jalan genetik yang dimulai dengan gen bernama SOX9. Gen itu memainkan peran kunci untuk penentuan jenis kelamin laki-laki pada semua vertebrata, meskipun ia tidak terdapat pada semua kromosom jenis kelamin.

Dikutip The Conversation, kromosom Y diprediksi akan punah karena jumlahnya yang lebih sedikit dari kromosom X dan terus terdegradasi. Para ahli menemukan fakta itu setelah membandingkannya dengan mamalia seperti platypus yang berbagi leluhur yang sama dengan manusia sekitar 166 juta tahun lalu.

Para ahli melihat, kromosom pada platypus masih bersifat asli dan sama. Itu artinya, dalam 166 juta tahun terakhir, manusia kehilangan kromosom Y berisikan 1600 gen unik.

Itu artinya, manusia kehilangan hampir 10 kromosom per jutaan tahun. Dengan tingkatan itu, kromosom Y diprediksi menghilang dalam 4,5 juta tahun.

Degradasi Hal yang Umum

Jenny Graves, Profesor Genetika dari La Trobe University, menyebut degradasi merupakan hal umum yang terjadi pada semua kromosom jenis kelamin. Perolehan sebuah gen yang menentukan jenis kelamin merupakan ‘ciuman kematian’ bagi sebuah kromosom.

Pasalnya, gen lain yang berada di dekat kromosom Y mengembangkan fungsi spesifik laki-laki dan gen-gen tersebut dijaga bersama dengan menekan pertukaran dengan kromosom X. Itu artinya, kromosom Y tidak bisa menghilangkan mutasi atau pemusnahan atau menginvasi DNA sampah dengan cara menukarnya dengan kromosom X.

Kromosom Y juga terancam karena terus berada di testis pada setiap generasi. Padahal, itu adalah tempat berbahaya karena sel-sel di dalamnya harus terpecah untuk membuat sperma, sehingga mutasi lebih sering terjadi.

Menghilangnya kromosom Y juga tak terjadi secara linier melainkan bisa lebih cepat karena kromosom itu menjadi tidak stabil. Apakah itu berarti pria akan menghilang?

Pada sebuah grup, ahli Biologi David Page dari Boston menolak kemungkinan itu. Ia mencontohkan, manusia tidak kehilangan gen seperti simpanse meskipun kedua spesies berbagi leluhur yang sama lima juta tahun lalu.

Namun faktanya, manusia kehilangan setiap sedikit gen dalam 25 juta tahun sejak berpisah dengan monyet.

Penemuan Pada Tikus

Akan tetapi, masih ada harapan bahwa pria masih eksis. Melansir Science Alert, hal itu bisa dilihat dari tikus mol di timur Eropa serta tikus spiny Jepang yang telah kehilangan total kromosom Y namun tetap memiliki jenis jantan.

Fenomena tersebut ditemukan oleh tim riset yang dipimpin ahli biologi, Asato Kurawa. Dalam publikasinya di jurnal PNAS, Kurawa dan tim menemukan kebanyakan gen dari kromosom Y pada tikus spiny telah direlokasi ke kromosom lain.

Akan tetapi, Kurawa tidak menemukan tanda-tanda SRY, atau gen yang menggantikannya. Tim juga menemukan sekuens yang ada pada genom laki-laki namun tidak ada pada wanita.

Kemudian mereka menyaring genom itu dan mengetes sekuensnya pada setiap tikus spiny. Hasilnya, tim menemukan ada perbedaan kecil di dekat SOX9 pada kromosom 3 dari tikus spiny yakni sebuah duplikasi kecil (hanya 17 ribu pasang dari lebih dari 3 miliar) yang muncul pada semua tikus jantan dan tidak pada tikus betina.

Tim menilai, duplikasi kecil DNA itu berisikan pertukaran yang normalnya terjadi pada SOX9 saat merespon SRY. Ketika mereka mengaplikasikan duplikasi ini terhadap tikus, mereka menemukan bahwa itu meningkatkan aktivitas SOX9 sehingga memungkinkannya aktif tanpa bantuan SRY.

Sumber : CNN [dot] COM