Temuan Harta Karun Ini Dapat Membuat RI Menjadi Negara Kaya Raya

0
430

Indonesia memiliki banyak potensi penemuan ‘harta karun’, dalam hal ini adalah sumber daya mineral. Belum lama ini, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa Indonesia mengindikasikan adanya temuan mineral kritis berupa stronsium dan lithium.

Jika memang temuan itu terbukti, Indonesia dipastikan bisa menjadi ‘raja’ baterai listrik di dunia. Sebab, harta karun super langka berupa stronsium dan lithium menjadi salah satu bahan baku penopang pembuatan baterai kendaraan listrik bersamaan dengan sumber daya mineral lainnya seperti nikel dan mineral logam tanah jarang (LTJ).

Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat pada awal tahun 2022 ini bahwa berdasarkan penyelidikan umum di Lumpur Lapindo, Sidoarjo ditemukan adanya mineral kritis dengan kadar yang cukup tinggi yaitu lithium dan stronsium. “Yang cukup tinggi dan coba sedang ditindak lanjuti adalah lihtium dan stronsium,” terang Koordinator Mineral Pusat Sumber Daya Mineral Batu Bara dan Panas Bumi Badan Geologi Kementerian ESDM.

Indikasi temuan lithium itu bisa menjadi bagian dari bahan baku baterai kendaraan listrik. Sehingga bisa mendukung program kendaraan listrik nasional. Sementara stronsium bisa digunakan untuk bahan baku kebutuhan elektronik.

“Ini baru penyelidikan umum dan tindaklanjuti dari Puslitbang Tekmira pada saat itu. Pasti dari kegiatan pengeboran masih jauh dan bornya masih bor tangan 5 meter,” ungkap Awaluddin.

Seperti diketahui, Indonesia memiliki mimpi untuk mewujudkan energi yang ramah lingkungan. Dengan begitu, Indonesia gencar menarik investor untuk pengembangan pabrik baterai kendaraan listrik di tanah air.

Atas adanya indikasi temuan lithium dan stronsium itu, pihaknya saat ini fokus kepada uji ekstraksi. Bahkan, di tahun 2021 Puslitbang Tekmira sudah menindaklanjuti hal tersebut dan fokus ke logam lithium itu.

Karena, metode esktraksi itu bisa dikenal saat ini dan skala lab dengan recovery yang cukup. “Jadi, memang kita pada saat 2020 ini tujuan penyelidikan tidak fokus ke salah satu logam. Namun logam yang bernilai ekonomi, kita lakukan uji. Hasilnya itu mengerucut lithium dan stronsium yang cukup strategis untuk kegiatan memenuhi bahan baku materialistik tadi,” tandasnya.

Setelah melakukan ekstraksi, fokus selanjutnya, kata Awaluddin, adalah menindak lanjuti keekonomian dari ‘harta karun’ tersebut. Adapun kelayakan ekonomi itu akan ditingkatkan statusnya melalui kajian-kajian lainnya baik dari segi penambangan dan lingkungan. “Ada 10 kajian yang kita lakukan di sana, hingga sampai tahapan apakah ini ekonomis di tambang atau tidak,” tandas dia.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Maritim dan Investasi (Kemenko Marves), Septian Hario Seto mengatakan ada sejumlah tantangan dalam menggenjot program hilirisasi nikel untuk pembuatan baterai kendaraan listrik. Salah satunya terkait ketersediaan lithium.

Menurut Seto, saat ini Indonesia masih mengandalkan impor untuk memenuhi bahan baku tersebut. “Jadi kalau kita mau meningkatkan worth added baterai dari prekursor menjadikan katoda kita butuh lithium jadi saya kira ini satu pekerjaan rumah,” ujarnya dalam acara Closing Bell CNBC Indonesia.

Dia menambahkan sempat berdiskusi dengan beberapa perusahaan lithium dari Amerika dan Australia, dan berharap mereka mau membangun lithium refinery di Indonesia. “Jadi kami mau punya ekosistem lengkap. Saya kira ini satu langkah yang sangat penting ya untuk nikel,” kata dia.

Menurutnya, bukan hanya Indonesia yang berminat membuat ekosistem kendaraan listrik, melainkan juga negara lain, seperti Amerika Serikat.

Untuk mengantisipasi persaingan dengan negeri paman sam tersebut, pemerintah pun tengah merumuskan skema insentif yang lebih komprehensif guna menarik investasi. Terutama yang dapat menjangkau dari hulu hingga hilir.

“Jadi inflation reduction dari Amerika terus terang memberikan tantangan buat kita ya untuk bisa mempertahankan competitiveness dari industri yang sedang kita bangun ini,” kata dia.