Satelit misterius milik Rusia meledak pada awal bulan lalu dan menciptakan puing antariksa yang dapat bertahan di orbit Bumi hingga ratusan tahun.
Wahana antariksa Kosmos 2499 diketahui meledak pada 3 Januari. Hal itu berdasarkan laporan Skuadron Pertahanan Luar Angkasa ke-18 (SDS) Amerika Serikat yang melacak objek buatan manusia di orbit.
Ledakan ini menghasilkan setidaknya 85 keping puing yang dapat dilacak. Sampah antariksa itu terbang liar di orbit sejauh 1.169 kilometer di atas Bumi.
Dikutip dari Space, banyaknya kepingan puing antariksa itu diprediksi memakan waktu hingga satu abad hingga bisa ditarik atmosfer dan turun ke permukaan Bumi.
Berdasarkan laporan Anatoly Zak dari RussianSpaceWeb.com, satelit diluncurkan ke orbit Bumi pada Mei 2014 menggunakan wahana antariksa besutan Rusia Rockot, bersama dengan tiga satelit komunikasi militer Rodnik.
Kosmos 2499 tidak secara resmi tercantum dalam manifes peluncuran; pelacak satelit AS awalnya mengkategorikan wahana antariksa itu sebagai objek potongan puing yang disebut Object E.
Namun puing-puing itu mulai bermanuver, tampaknya mendekati bagian atas Briz-M Rockot.
“Pada akhir Oktober [2014], AS secara resmi mengklasifikasikan ulang Objek E sebagai ‘muatan’ alih-alih ‘fragmen’ dan akhirnya membuat katalognya sebagai Kosmos 2499 (dengan ‘terjemahan’ ejaan ‘COSMOS 2499’),” kata Zak.
Zak mengatakan militer AS saat ini tengah memindai ulang parameter orbit satelit misterius itu selama tiga hingga empat kali dalam sehari.
Analisis elemen orbit menunjukkan Kosmos 2499 hanya berjarak 0,76 kilometer dari Briz-M pada 9 November 2014. Pesawat ruang angkasa itu mulanya menjauh, namun kembali mendekat pada 25 November dalam jarak 0,53 kilometer dari badan roket.
Kegiatan semacam itu menimbulkan spekulasi Kosmos 2499 dan Kosmos 2491, objek yang tampaknya serupa diluncurkan ke orbit Bumi pada Desember 2013, sedang menguji teknologi yang memungkinkan pesawat ruang angkasa mengejar dan bisa menonaktifkan satelit lain.
Dikutip dari Business Insider, kepala badan antariksa federal Rusia Roscosmos Oleg Ostapenko memang pernah menyampaikan rumor tersebut pada konferensi pers Desember 2014.
“Menurut Ostapenko, satelit dikembangkan atas kerja sama antara Roscosmos dan Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia dan digunakan untuk tujuan damai, termasuk penelitian yang tidak ditentukan oleh lembaga pendidikan,” kata Zak.
“Mereka menyelesaikan misi mereka,’ kata Ostapenko, tanpa merinci apa misi itu,” sambung dia.
Menurut Badan Antariksa Eropa (ESA), sekitar 36.500 keping sampah antariksa dengan lebar setidaknya 10 sentimeter tersebar di sekitar planet Bumi. Namun, itu hanyalah objek yang terlihat di pelacakan karena punya ukuran yang relatif besar.
Orbit bumi kemungkinan menampung lebih dari 130 juta objek dengan diameter setidaknya 1 milimeter, menurut laporan Space.
Bahkan pecahan di ujung bawah spektrum ukuran itu dapat merusak satelit dan pesawat ruang angkasa lainnya, mengingat seberapa cepat objek yang mengorbit bergerak.
Misalnya, Stasiun Luar Angkasa Internasional, yang mengorbit pada ketinggian rata-rata kira-kira 400 kilometer yang bisa mengorbit dengan kecepatan sekitar 28 ribu kilometer per jam.