Anda mungkin tidak akan mendengar tumbuhan menjerit. Tetapi dalam keadaan stres, tumbuhan sungguh-sungguh mengeluarkan suara. Sayangnya, tetap saja kita tidak bisa mendengar suara tersebut, kata para peneliti di Israel. Mereka menyimpulkan ini setelah riset enam tahun terhadap berbagai tumbuhan.
Para peneliti di Tel Aviv University, Israel, mengatakan mereka memiliki bukti bahwa tumbuhan mengeluarkan suara bising sewaktu sedang stres. Misalnya, ketika tumbuhan itu sedang dipangkas atau kekurangan air.
Hasil penelitian ini diterbitkan akhir bulan lalu dalam jurnal Cell Press. Para peneliti mengatakan frekuensi suara itu terlalu tinggi bagi telinga kita sehingga kita tidak dapat mendengarnya. Akan tetapi, serangga atau mamalia mungkin bisa mendengarnya.
Para peneliti menggunakan mikrofon untuk merekam suara tomat, tembakau dan tanaman lainnya dalam kondisi sehat dan stres.
Penulis utama penelitian itu, pakar biologi evolusi di Tel Aviv University Lilach Hadany mengatakan,“Kami merekam suara yang dipancarkan tumbuhan. Kami banyak menggunakan tomat dan tembakau, kami juga merekam gandum, jagung, anggur, kaktus.”
Ia menjelaskan, para peneliti menggunakan berbagai metode untuk membuat tumbuhan stres. Kebanyakan dengan dua jenis stres, yakni membuat tanaman kering dan memotongnya dengan gunting. Dalam kedua kasus itu, kata Hadany, tumbuhan mengeluarkan suara. Selama dehidrasi, kalau peneliti berhenti menyiram, tumbuhan mulai mengeluarkan suara yang mencapai puncaknya pada hari kedua.
Rekaman dilakukan di sebuah kamar akustik yang kedap suara dan di dalam rumah kaca. Setelah merekam, para peneliti membuat algoritma komputer untuk membedakan antara tanaman yang tidak stres, yang kehausan dan yang dipangkas.
Salah seorang peneliti, Yehuda Anikster dari Fakultas Ilmu Tumbuhan di universitas yang sama menjelaskan tentang jalannya percobaan. Ia mengatakan, “Kami merekam suara yang dipancarkan tanaman tomat. Ini adalah suara ultrasonik, jadi manusia tidak dapat mendengarnya. Untuk memperlihatkan seperti apa suara itu, kami merekam banyak suara. Mengumpulkannya dalam kerangka waktu yang singkat dan kami mengubah frekuensinya sehingga telinga manusia dapat mendengarnya.”
Menurut Hadany, getaran ultrasonik dari tumbuhan pernah direkam sebelumnya, tetapi tidak demikian pada suara yang ditransmisikan melalui udara.
Para ilmuwan percaya riset lebih jauh dapat mengungkapkan lebih banyak mengenai cara tumbuhan berinteraksi dengan lingkungannya. Hadany mengatakan, hanya karena kita tidak dapat mendengarnya, bukan berarti makhluk hidup lainnya juga demikian. Serangga seperti ngengat, juga mamalia seperti tikus dan kelelawar mampu mendengarnya.
Belum jelas mengapa tumbuhan mengeluarkan suara, lanjut Hadany. Ia menambahkan bahwa ada dua opsi untuk itu. Pertama, sebagai cara berkomunikasi, dan opsi kedua adalah sebagai produk sela dari proses fisiologi. Ini berarti ada suara-suara beredar di udara yang mengandung informasi, sehingga organisme yang mungkin menganggap suara itu relevan, mungkin dapat berkembang untuk menanggapinya, kata Hadany lebih jauh.
Yang juga belum jelas adalah apakah tumbuhan ingin menarik hewan penyerbuk atau mengalihkan perhatian predator, dan inilah yang sedang diteliti, jelas Hadany.