Kisah tentang Gunung Everest diselimuti misteri dan cerita kematian banyak orang yang mencoba mendakinya. Namun setelah akhirnya ditaklukkan dan setelah infrastruktur wisata didirikan, menjadi tujuan wisata yang terkenal dan menjadi tempat penelitian. Tahukah kamu, Everest yang menjulang dulunya adalah dasar lautan.

Gunung Everest sangat muda, setidaknya jika dibandingkan dengan pegunungan Appalachian yang benar-benar kuno di Amerika Serikat atau Great Dividing Range di Australia. Seluruh pegunungan Himalaya terbentuk dari benturan India dengan Asia. Tabrakan ini berlanjut hingga saat ini dan terus mendorong pegunungan, sehingga Everest selalu berubah dan semakin tinggi.

Mengutip dari National Geographic, dulunya India masih terpisah dari benua Asia. Sekitar 225 juta tahun lalu, India adalah sebuah pulau besar yang terletak di lepas pantai Australia. Pulau ini terpisah dari Asia oleh Samudra Tethys.

Kemudian pada 200 juta tahun lalu, benua super Pangaea mulai pecah dan India mulai bergeser ke utara menuju Asia. Lalu sekitar 80 juta tahun lalu, India berada 6.400 kilometer di selatan benua Asia. Lempeng India bergerak ke arah Asia dengan kecepatan antara 9 dan 16cm per tahun. Akibatnya, dasar Samudra Tethys menghunjam ke utara di bawah Asia.

Dasar Samudra Tethys tidak tersubduksi seluruhnya. Sebagian besar sedimen tebal ini terkikis dan terkumpul ke benua Eurasia, dan hal ini disebut baji akresi. Sedimen yang tergores inilah yang sekarang membentuk Pegunungan Himalaya.

Sekitar 50-40 juta tahun lalu, laju pergeseran lempeng benua India ke utara melambat menjadi sekitar 4-6cm per tahun. Perlambatan ini ditafsirkan untuk menandai awal dari tabrakan antara lempeng benua Eurasia dan India, penutupan bekas Samudra Tethys, dan inisiasi pengangkatan Himalaya.

Lempeng Eurasia sebagian terlipat dan tertekuk di atas lempeng India, tetapi karena kerapatannya yang rendah/daya apungnya yang tinggi, kedua lempeng itu tidak tersubduksi atau menghunjam ke bawah.

Hal ini menyebabkan kerak benua menebal akibat lipatan dan patahan oleh gaya tekan yang mendorong Himalaya dan Dataran Tinggi Tibet. Kerak benua di sini dua kali ketebalan rata-rata, yakni sekitar 75km.

Penebalan kerak benua ini menandai berakhirnya aktivitas vulkanik di wilayah tersebut karena setiap magma yang bergerak ke atas akan mengeras sebelum mencapai permukaan.

Kini Pegunungan Himalaya masih naik lebih dari 1cm per tahun karena Lempeng India terus bergerak ke utara menuju Asia. Hal ini menjelaskan mengapa gempa dangkal masih kerap terjadi di wilayah tersebut hingga saat ini.

Namun, kekuatan pelapukan dan erosi telah menurunkan pegunungan Himalaya dengan kecepatan yang hampir sama. Dataran tinggi Himalaya dan Tibet mengarah ke timur-barat dan membentang sejauh 2.900 kilometer.

Pegunungan ini mencapai ketinggian maksimum 8.848 meter, dan puncak Gunung Everest di Himalaya ini adalah titik tertinggi di Bumi.

Bagian di sekitar puncak Gunung Everest ini diyakini dulunya adalah laut. Sebab, ahli geologi Noel Ewart Odell pernah menemukan banyak sampel batu kapur dari sana. Batuan sedimen ini biasanya terbentuk di perairan hangat dari cangkang, koral, dan sampah organik lainnya.

Edmund Hillary dan Tenzing Norgay, dua orang pertama yang mendaki puncak tersebut di tahun 1953 juga mengumpulkan sampel batu kapur dari dekat puncak Everest.

Ahli geologi University of Wollongong, Solomon Buckman, mengatakan bahwa area di sekitar puncak Everest ini kemungkinan adalah bagian dasar laut di batas utara Lempeng India. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, India dulunya adalah pulau besar yang terpisah dari Benua Asia.