Belum lama ini, viral di media sosial sebuah video memperlihatkan bayi berusia 9 hari yang sengaja dibuat terkejut dengan cara menggebrak area sekitarnya. Hal ini disebut-sebut sebagai salah satu tradisi yang masih dipercaya oleh sebagian masyarakat.
Dalam video itu, tampak seorang wanita menggebrak kasur yang ditiduri bayi menggunakan benda yang dilapisi kain.
Tradisi tersebut dinilai bertujuan agar bayi tidak mudah kaget saat dewasa. Dalam video itu, bayi tampak kaget mendengar suara pukulan kasur yang keras.
Menanggapi hal tersebut, dokter spesialis anak Miza Afrizal menjelaskan bahwa bayi baru lahir memiliki refleks primitif yang sudah dibawa sejak lahir, salah satunya refleks moro.
“Refleks primitif itu salah satunya adalah refleks moro. Yang terlihat bayi suka kaget-kagetan itu kita sebut sebagai refleks moro,” kata dia dalam unggahan Instagram-nya, Senin (5/6) lalu. CNNIndonesia.com telah meminta izin untuk mengutip unggahan tersebut.
Refleks moro sendiri merupakan tanda bahwa bayi memiliki otak yang normal. Justru, Miza mengatakan, orang tua perlu khawatir jika bayi baru lahir tidak memiliki refleks ini atau sering terkejut.
Miza menjelaskan, biasanya refleks moro akan menghilang saat bayi berusia kurang lebih empat bulan. Setelahnya, bayi akan kaget dengan alasan yang ‘sepele’ seperti mendengar orang membuka bungkus makanan atau getaran.
“Itu sebenarnya adalah tanda bahwa bayi punya pendengaran dan otak yang sehat. Jadi bayi kaget itu jangan dihindari. Itu justru sebenarnya adalah tanda bahwa bayi itu punya perkembangan otak yang normal,” jelas dia.
Lantas, apa saja jika bayi sengaja dikagetkan seperti yang dilakukan di video yang viral tersebut?
Miza menjelaskan, bayi yang mendapatkan getaran kencang dan mendadak berisiko tinggi mengalami shaken baby syndrome.
“Itu akan berisiko tinggi untuk terjadinya shaken baby syndrome atau pendarahan di otak. Kalau sudah pendarahan di otak, kemungkinannya akan terjadi kematian mendadak atau bayinya selamat tapi punya cacat seumur hidup,” kata Miza.
Tak hanya itu, ada juga risiko serius yang bisa terjadi pada pendengaran anak. Miza menjelaskan bahwa bayi baru lahir belum memiliki pendengaran yang matang. Suara kencang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada telinga.
“Bayi itu pendengarannya masih belum terlalu bagus, sehingga apabila mendengar sesuatu dengan intensitas, frekuensi, dan juga volume yang kencang, itu berisiko membuat kerusakan permanen pada telinga. Jadi dia bisa tuli seumur hidup,” imbuhnya.
Namun demikian, Miza juga tetap menghargai kebiasaan menggebrak area sekitar bayi itu sebagai salah satu tradisi yang masih dipercaya di tengah masyarakat. Miza mengaku hanya berusaha menjelaskannya secara medis.
Sumber : CNN [dot] COM