Robot-robot penanam pohon membantu warga Peru menghutankan kembali bagian-bagian Amazon yang hancur akibat penambangan, penebangan dan agribisnis. Robot bertenaga surya yang berbasis di Madre de Dios ini dapat dioperasikan dari jarak jauh dan dapat menanam ratusan benih dalam hitungan jam.
Kelangsungan hidup hutan Amazon sangat penting untuk keanekaragaman hayati dan perubahan iklim menurut sejumlah studi akademis. Namun, sebuah studi di jurnal sains Nature tahun lalu menemukan bahwa Amazon secara umum telah “mendekati ambang kritis kematian,” karena bisnis pertanian, pertambangan dan penebangan pohon.
Sebuah kelompok konservasi bernama Junglekeepers merasa prihatin akan situasi hutan hujan tropis ini. Bekerja sama dengan perusahaan robotika Swedia, mereka berusaha menghutankan kembali Amazon, khususnya kawasan Madre de Dios yang terletak dekat perbatasan Brasil dan Bolivia.
Mereka pada intinya mengerahkan robot bertenaga surya bernama YuMi yang dapat dioperasikan untuk menanam pohon dengan cepat dari jarak jauh. Robot tersebut awalnya dikembangkan oleh perusahaan ASEA Brown Boveri (ABB) untuk keperluan industri, namun ternyata bermanfaat besar untuk proyek-proyek penghutanan kembali.
Juan Julio Duran Torres adalah wakil ketua organisasi Junglekeepers. Ia mengatakan, kehadiran robot-robot itu membantu upaya konservasi warga setempat. “Para penambang dan penebang pohon kini memiliki teknologi canggih. Mereka bisa menghancurkan begitu banyak area. Jadi jika kita memiliki robot di sini untuk membantu menanam pohon dan orang-orang lokal dilibatkan dalam pengoperasiannya, itu akan seperti berjuang bersama,” jelasnya.
YuMi mampu menanam hingga 600 benih dalam hitungan jam. Jumlah benih sebanyak itu, jika menjadi pohon, bisa menutupi area seluas dua kali lapangan sepak bola. Benih-benih pohon yang ditanam semuanya berasal dari Amazon, seperti lupuna, pashaco dan kayu ulin.
Denis del Castillo Torres, Direktur Program Peruvian Amazon Research Institute (IIAP) menyambut kehadiran YuMi. Namun ia mengatakan kawasan hutan Amazon di Peru tidak berada di dataran banjir dan akan membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih dibandingkan dengan kawasan Amazon di wilayah-wilayah lain.
Para konservasionis percaya cara untuk melindungi Amazon secara keseluruhan adalah dengan menciptakan industri dan infrastruktur yang berkelanjutan di dalamnya.
David M. Lapola adalah peneliti sains di Pusat Penelitian Meteorologi dan Iklim Terapan untuk Pertanian, berbasis di Universitas Campinas, Brazil. Ia mengatakan rencana ekonomi untuk Amazon sudah ketinggalan zaman. Model pembangunan ekonomi di Amazon masih sama seperti 40 sampai 50 tahun lalu sehingga membahayakan eksistensinya.
“Kita perlu memikirkan model pembangunan lain. Kita tidak memiliki kebijakan publik yang komprehensif dan tajam dalam hal ini. Misalnya, kita tidak memiliki model pembangunan berdasarkan hutan, aset ekonomi hutan, sumber daya genetik hutan. Itu tidak ada.”