Konser musik K-pop yang dijadwalkan akan digelar pada Minggu (6/8) di Jambore Pramuka Dunia di Korea Selatan ditunda karena kekhawatiran akan cuaca panas ekstrem. Namun tuan rumah tetap melanjutkan acara tersebut meskipun suhu ekstrem telah mengakibatkan mundurnya tiga kontingen nasional.

Menteri Dalam Negeri dan Keselamatan Lee Sang-min mengatakan penyelenggara jambore “menerima kekhawatiran atas insiden terkait keselamatan” jika acara itu diadakan pada Minggu (6/8) malam. Suhu di lokasi jambore telah mencapai di atas 33 derajat Celsius.

Ratusan peserta jatuh sakit akibat panas terik yang memicu keluhan para orang tua atas keselamatan anaknya. Pada Sabtu (5/8), terdapat 132 peserta lain yang harus dirawat karena kondisi terkait panas, kata penyelenggara jambore.

Pejabat pemerintah dan jambore Korea Selatan kembali menegaskan bahwa keselamatan lebih dari 40.000 peserta dari 155 negara adalah prioritas utama mereka. Mereka menyediakan lebih banyak truk air, ruang ber-AC, petugas medis dan pekerja sanitasi yang dikirim ke lokasi.

Namun, kontingen dari Inggris, Amerika Serikat, dan Singapura tetap memutuskan untuk meninggalkan lokasi jambore yang digelar di proyek lahan reklamasi Saemangeum di pantai barat pada Minggu (6/8). Para kontingen memutuskan pindah ke lokasi lain di negara tersebut, termasuk hotel di Ibu Kota Seoul.

Lee mengatakan dalam konferensi media bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan dua lokasi alternatif sebagai tempar konser K-pop tersebut, yang akan dijadwalkan ulang pada malam sebelum penutupan pertemuan jambore pada 12 Agustus.

Kurangnya tempat teduh dan pasokan air yang tidak memadai, layanan makanan dan fasilitas sanitasi mendorong kelompok sipil, orang tua dan Organisasi Gerakan Pramuka Sedunia merekomendasikan pada Sabtu (5/8) agar acara tersebut diselesaikan lebih awal.

Namun, tuan rumah jambore dan pemerintah Korea Selatan mengatakan mereka telah berkonsultasi dengan kontingen pramuka yang berpartisipasi dan memutuskan jambore tetap dilanjutkan.

Jacob Murray, direktur acara dunia untuk Organisasi Gerakan Pramuka Sedunia, mengatakan dalam konferensi pers bahwa telah terjadi “peningkatan perbaikan” di lokasi setelah pihak penyelenggara menerjunkan sumber daya tambahan.