Pandemi COVID-19 yang berkepanjangan mengubah cara orang bekerja, tidak terkecuali para praktisi User Experience (UX). Mereka harus menyesuaikan platform yang ditampilkan sesuai dengan yang dirasakan diperlukan oleh para penggunanya.
Tidak heran, perubahan ini pun turut memunculkan tren baru dalam desain user experience. Menurut Senior UX Researcher at Tokopedia Ananda Nadya setidaknya ada empat hal UX yang booming di masa pandemi ini.
“Ada perubahan tentu juga ada tren yang naik. Jadi dengan adanya perubahan ada pula dampaknya nih terhadap, apa sih yang sekarang memang digunakan orang lain dan juga memang jadi ibaratnya hype,” ujar Ananda dalam Webinar Hangout@Tokopedia, Rabu (17/2/2020).
1. Digital Health
Ananda mengatakan UX digital health sekarang tengah naik daun. Hal ini dipicu karena semua orang berada dalam posisi ingin sehat dan terhindar dari virus COVID-19, sehingga tren UX platform untuk user jenis ini pun kian pesat.
“Jadi mereka (user) cenderung lebih menggunakan aplikasi-aplikasi yang berkaitan dengan digital health, baik itu aplikasi konsultasi dokter hingga aplikasi-aplikasi seperti misalnya berat badan, detak jantung gitu. Bahkan sekarang timbangan aja ada yang sudah smart gitu,” ungkapnya.
Lebih lanjut, kata dia, dalam digital health ini ada juga fitur yang menarik yakni touchless interaction. Hal ini memungkinkan orang untuk melakukan sesuatu dalam dunia digital lewat suara.
“Misalnya Alexa gitu ya, mungkin memang belum begitu populer di Indonesia, tapi dengan keparnoan orang sekarang, karena menyentuh sesuatu sekarang bisa jadi sangat fatal. Kita gatau apa yang kita sentuh itu benar benar free atau tidak. Sehingga orang beralih ke touchless interaction,” jelasnya.
2. VR dan AR
Kedua, kata Ananda, adalah Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) ini teknologi yang bertujuan merangsang persepsi dan indera dari user. Menurutnya, di masa pandemi ini banyak user memanfaatkan teknologi ini untuk menghilangkan kebosanan.
“Karena memang orang gak bisa kemana-mana tapi pengen have fun gitu. Makanya, sekarang ada tour online. Melihat, seolah-olah museum itu ada di depan mata kalian, padahal museum itu sebenarnya ada jauh di sana dan mungkin keadaannya tidak seperti itu,” terangnya.
3. Immersive Virtual Event
Dia pun menyebut teknologi itu mendekatkan kita dengan apa yang kita raih, dan itu bisa menjadi sumber opportunity bagi orang-orang yang mengerti bagaimana cara memanfaatkan untuk menciptakan entertainment baru itu. Contohnya adalah Immersive Virtual Event ini.
“Jadi kalau misalnya teman-teman tahu ada beberapa mungkin di luar negeri tapi yang lebih seringnya mereka menyediakan yang namanya itu kaya award-award tapi juga mereka kasih musik dan mereka tuh jadinya melaksanakannya full online karena sangat riskan untuk melakukan itu gitu ya ketika memang sedang di saat seperti ini. Jadi mau nggak mau orang meskipun mereka sebel atau apa mereka jadinya akhirnya nonton dan mereka jadi terbiasa. Oh ini the new Entertainment gitu dan akhirnya orang-orang akan adaptasi dengan itu,” jelas Ananda.
4. Advanced Personalized
Terakhir, dia mengungkapkan saat ini orang juga banyak bergantung dengan yang namanya personalisasi, jadi algoritma sangat menjadi sesuatu yang menarik dikembangkan di masa-masa seperti ini. Sebab, orang terkadang terlalu letih memilih sesuatu buat dirinya sendiri.
“Contohnya ketika kalian nonton Netflix nih itu kadang-kadang kesel banget nih, apaan sih nih, tapi karena misalnya autoplay gitu ya atau mungkin karena kamu menonton ini jadinya kayak boleh juga sih terus kayak, kayaknya mirip-mirip apa yang gue suka, akhirnya ujung-ujungnya nonton,”.
“Dan itu dapat satu itu akan ada lagi lag dan lagi hingga algoritma itu benar-benar jadi sesuai dengan kebutuhan teman-teman itu. Dan ini juga membuat hati teman-teman senang membuat opportunity bisa menjadi sesuatu yang mereka ambil untuk mereka monetisasi,” pungkasnya.