Di saat warga Indonesia diduga masih dipersulit untuk membuat pembangkit listrik tenaga surya dengan dalih kelebihan beban, Jepang sudah bermimpi memanen listrik Matahari di luar angkasa. Bagaimana caranya?
Bencana nuklir di reaktor Fukushima pada 2011 semakin memicu Jepang untuk mencari sumber energi alternatif yang bersih. Namun di saat bersamaan, Jepang merasa ada kekurangan area untuk memasang instalasi pembangkit listrik terbarukan.
Oleh karena itu, dilansir Next Trend Asia, membangun pembangkit listrik yang bersih dan stabil di luar angkasa menjadi tujuan utama Rencana Dasar Jepang untuk Kebijakan Antariksa (Japan’s Basic Plan for Space Policy).
Mereka kini sudah memiliki peta jalan (roadmap) teknologi yang mengindikasikan serangkaian demonstrasi darat dan orbit yang mengarah pada pengembangan sistem satelit tenaga surya operasional.
Dalam jangka panjang, sumber energi alternatif itu bisa jadi menuntaskan masalah lingkungan dan energi dunia. Usaha para peneliti Jepang yang bertindak sebagai pionir dalam teknologi ini pun akan menjadi teladan.
Mengutip situs resmi JAXA, proyek riset ini dinamai Space Solar Power Systems (SSPS). Sistem itu mengonversi energi dari sinar matahari ke dalam energi gelombang mikro atau laser dan mentransmisikannya dari luar angkasa ke Bumi.
JAXA menilai, sistem tersebut berpotensi menuntaskan tantangan krusial dalam hal kemanusiaan seperti energi, perubahan iklim, dan konversi lingkungan.
“Untuk mengembangkan SSPS, kami telah melakukan riset teknologi untuk transmisi energi nirkabel via gelombang mikro atau laser dan penyusunan struktur berskala besar,” tulis JAXA.
“Sebagai tambahan, kami juga telah memelajari SSPS secara komprehensif termasuk pendekatan strategis riset dan pengembangannya,” tulisnya lagi.
Lebih lanjut, JAXA juga mengungkapkan telah meriset teknologi transmisi gelombang mikro dan laser. Pada prinsipnya, gelombang mikro dan laser punya kesamaan mekanisme yakni mengonversi arus DC dari Matahari.
“Kami telah meriset dua teknologi krusial yakni teknologi untuk mengonversi arus DC ke gelombang mikro di satelit kemudian mengonversinya balik ke arus DC di daratan,” tulis JAXA.
“Kedua adalah teknologi untuk mengendalikan sinar gelombang mikro di segala arah dengan akurasi tinggi,” tulisnya lagi.
Hal yang serupa juga terjadi pada sinar laser. JAXA telah meriset dua teknologi konversi efisien untuk mengonversi arus DC dari sinar Matahari ke energi laser di ruang angkasa kemudian kembali ke DC saat mencapai Bumi.
“Teknologi kedua adalah untuk mengontrol arah laser dengan akurasi yang luar biasa,” tulis JAXA.
Sumber : CNN [dot] COM