Penembakan Masjid di Selandia Baru: Tanda Kebangkitan Ancaman Baru Dari Kelompok Ekstrem Kanan

0
754

Pria yang didakwa sebagai pelaku penembakan di Christchurch, Selandia Baru meninggalkan jejak rujukan pada suatu komunitas di dunia maya dan ideologi ekstrem kanan.

Ketika pertama kali hadir di persidangan, Brenton Tarrant membuat gestur tangan “OK”.

Gestur tersebut dijelaskan dalam beberapa keterangan sebagai simbol kelompok nasionalis kulit putih, tapi mungkin lebih akurat bila disebut sebagai gestur troll. Gestur tersebut digunakan oleh para ekstremis, tapi juga beberapa kelompok konservatif, tokoh-tokoh ekstrem kanan, dan grup yang disebut alt-right (kanan alternatif) — sekelompok aktivis yang berkumpul di forum-forum ekstrem.

Dokumen yang diunggah tak lama setelah penembakan Christchurch dan dikaitkan dengan sang terdakwa mengindikasikan bahwa penulisnya larut dalam budaya toksik kelompok alt-right.

Di dunia maya, ideologi nasionalis kulit putih bersembunyi di balik lapisan ironi, yang seringkali memungkinkan para pengusungnya untuk menghindari tuduhan ekstremisme sembari secara aktif menyebarkan ujaran dan meme bermuatan kebencian.

Rujukan budaya

Petunjuk akan ideologi dan inspirasi sang terdakwa di Selandia Baru juga mungkin muncul dalam video siaran langsung di berbagai jejaring media sosial, yang langsung berusaha menghapusnya.

Sebuah dokumen tertulis diunggah di forum 8chan tak lama sebelum serangan dimulai pada Jumat (15/03). Dokumen itu disebut sebagai “manifesto” namun istilah tersebut agaknya berlebihan bagi kumpulan pemikiran dan misinformasi yang melantur tidak karuan dalam 74 halaman.

Di dalamnya, si penulis menyebut pegiat konservatif Candace Owens sebagai salah satu pengaruh utamanya. Tapi meskipun Owens kerap mengulang-ulang klaim tentang penurunan tingkat kelahiran dan statistik meragukan tentang pertumbuhan populasi di negara-negara Eropa, pengaruhnya terhadap si terdakwa diragukan, mengingat si terdakwa sungguh-sungguh menentang kelompok minoritas di negara-negara barat dan Owens adalah warga Afrika-Amerika.

Dokumen tersebut juga memuat suatu lelucon terkenal di dunia maya — “copypasta”, atau kumpulan teks yang telah disalin-tempel (copy-paste) dari tempat lain. Lelucon tersebut melibatkan seorang “anggota pasukan Navy SEAL AS” yang mengaku aktif di forum /pol/ (kependekan dari “politically incorrect) di situs 4chan.

Di bagian lainnya, si penulis berkata bahwa video gim populer mengajarkannya tentang etnonasionalisme (nasionalisme berdasarkan etnik) dan kekerasan, lalu segera membuang ide tersebut.

Semua ini tampak seperti “lawakan” sinting — bukan yang lucu dan membikin tertawa tapi lebih mirip meme internet, dirancang untuk membuat orang yang membaca sulit menangkap makna sebenarnya.

Sulit — tapi bukan tidak mungkin.

Teori konspirasi ‘genosida kulit putih’

Dalam dokumen tersebut, si penulis merujuk sebuah teori konspirasi yang sentral bagi wajah baru ekstremisme kanan yang tumbuh dari kelompok alt-right: bahwa ada suatu rencana besar untuk memusnahkan “ras kulit putih” melalui imigrasi dan kawin silang.

Ini adalah fiksi yang mendukung paranoia alt-right garis keras, dan berdasarkan pada asumsi keliru tentang definisi genetik yang pasti dan tajam akan kelompok ras, data statistik palsu atau menyimpang, dan sebuah teori rasis dari Amerika abad ke-20: bahwa kawin silang antar-ras menghancurkan warisan ras kulit putih.

Konsepsi ganjil akan budaya “kulit putih” yang monolitik dan sedang terancam di seluruh dunia adalah gagasan utama kelompok alt-right — meskipun kebanyakan tokoh gerakan tak berstruktur itu secara terang-terangan menentang tindakan kekerasan yang spesifik seperti serangan di Christchurch.

Sementara para serdadu gerakan ini tidak terlalu menahan diri. Tak lama setelah penembakan Christchurch, di forum 8chan dan 4chan yang nyaris tanpa aturan, bermunculan segelintir ungkapan belasungkawa bagi para korban. Namun mereka tenggelam dalam gelombang caci maki, perayaan para ekstremis akan serangan tersebut, dukungan untuk lebih banyak kekerasan dan kekhawatiran akan bagaimana serangan tersebut akan berdampak negatif pada gerakan nasionalis kulit putih.

Di saat yang sama, kelompok alt-right dan para pegiat yang relatif tidak begitu ekstrem berspekulasi bahwa media arus utama akan menanggapi dokumen “manifesto” tersebut apa adanya.

Itu tidak benar-benar terjadi. Robert Evans, yang menulis untuk situs berita investigatif Bellingcat, memberi peringatan tak lama setelah serangan terjadi, dan menulis bahwa dokumen tersebut adalah perangkap yang dipasang untuk para jurnalis.

“Ada kebenaran di dalamnya, dan petunjuk penting pada radikalisasi si penembak, tapi ia terkubur di bawah banyak trolling,” kata Evans, menggunakan istilah yang lebih spesifik.

Beberapa media lokal, antara lain Radio New Zealand dan The New Zealand Herald, tidak melaporkan dokumen tersebut secara detail dalam beberapa jam setelah serangan. Di saat yang sama, wartawan dari media arus utama internasional – seperti The New York Times dan The Atlantic – dengan mudah mengenali misinformasi tersebut.

Perlukah polisi mengawasi 8chan?

Satu pertanyaan yang muncul setelah serangan di Selandia Baru ialah: Kenapa pihak berwenang tidak memantau situs-situs seperti 4chan dan 8chan untuk menemukan potensi aktivitas ekstremis?

Mengesampingkan sulitnya melacak orang di forum yang sepenuhnya anonim, bahkan pengawasan konstan mungkin tidak akan efektif. Ini karena materi yang diunggah sangat banyak, mencakup bahasa dan ancaman bernada kekerasan.

Menurut situs statistik web Alexa, 8chan masuk dalam 5000 situs web teratas di dunia, meskipun tidak muncul dalam hasil pencarian Google. 4chan, yang dalam 1000 teratas, mengklaim menampung satu juta kiriman baru per hari dan menarik hampir 28 juta pengunjung unik setiap bulan.

8chan dan 4chan adalah tempat penghinaan ras dan percakapan tentang kekerasan dan bunuh diri tidak hanya umum, tapi juga membentuk bahasa fundamental dalam komunikasi antara para pengguna.

Dalam bagian dari 4chan dan 8chan yang berfokus pada politik (ada banyak bagian lain yang membahas budaya internet yang tidak ekstrem), terjadi dehumanisasi yang hampir total pada para korban serangan teror — dan orang lain.

Matinya ‘ironi’

Siapapun yang menyaksikan dari luar mungkin kesulitan untuk memisahkan unggahan ironi dari tanda bahaya yang nyata — seperti unggahan yang dibuat tak lama sebelum serangan di Christchurch.

Para pegiat alt-right menggunakan ironi ini sebagai pedang sekaligus tameng — mengolok-olok lawan liberal mereka yang menerima kata-kata mereka apa adanya, dan menyangkal tanggung jawab dalam menghasut para pembunuh dan teroris nasionalis kulit putih.

Contohnya, ide untuk menjadikan gestur “OK” sebagai penanda nasionalis kulit putih diwacanakan pada awal tahun 2017. Sang pengguna anonim – di 4chan, semuanya adalah pengguna anonim – memaparkan rencana untuk membuat berita palsu untuk mengecoh “kelompok kiri” agar menolak gestur tangan yang umum digunakan sehari-hari, sehingga pantas menjadi sasaran olok-olok.

Banyak orang di media sosial terpancing. Di saat yang sama, pegiat ekstrem kanan dan konservatif mulai membuat gestur “OK” lebih sering — begitu pula para nasionalis kulit putih garis keras.

Korban jiwa terus bertambah

Ketika kelompok alt-right pertama kali mencuat dengan mengekor kampanye pemilihan presiden Donald Trump, para pendukungnya di situs-situs berhaluan kanan bisa menepis kekhawatiran akan gerakan tersebut sebagai reaksi berlebihan para pegiat kiri dan media arus utama.

Tapi itu sebelum seluruh elemen kekerasan dalam gerakan tersebut muncul ke permukaan.

Menurut studi terbaru dari Southern Poverty Law Center, yang berbasis di AS, lebih dari 40 pembunuhan telah dilakukan oleh pelaku dengan kaitan ke kelompok alt-right sejak 2014. Beberapa insiden yang terkenal antara lain pembunuhan pada demonstrasi damai di Charlostesville, Virginia, pembunuhan ganda pada 2017 di Portland, Oregon, dan pembantaian di sebuah sinagog di Pittsburgh tahun lalu.

Dan sekarang, di Christchurch, korban jiwa kelompok alt-right telah berlipat ganda.