Seorang pemrotes tewas dalam bentrokan di Honduras antara polisi dan demonstran yang tidak setuju atas hasil pemilihan presiden bulan November.
Polisi menembakkan gas air mata dan membersihkan penghalang berupa ban bekas. Kematian terjadi di Utara kota Saba.
Protes tersebut diorganisir oleh pendukung kandidat oposisi yang kalah.
Bulan lalu, presiden incumbent Juan Orlando Hernandez dinyatakan sebagai pemenang meski terjadi demonstrasi di jalanan.
Pada hari Sabtu sebuah LSM lokal di Saba, 210km (130 mil) Timur Laut ibukota Tegucigalpa, mengatakan seorang pria berusia 60 tahun tewas dan satu orang terluka ketika polisi melepaskan tembakan ke sebuah penghalang jalan, kantor berita Reuters melaporkan.
Pemilu 25 November telah banyak dikritik. Pendukung pemimpin oposisi Salvador Nasralla sangat curiga terhadap pengadilan pemilihan yang menghitung surat suara tersebut.
Ini karena ditunjuk oleh Kongres, yang dikendalikan oleh Partai Nasional Hernande.
Nasralla awalnya memimpin sebagai suara yang dihitung, tapi terus berkurang dan dia menuduh pihak berwenang memanipulasi hasilnya.
Ribuan orang turun ke jalan dalam demonstrasi saingannya setelah pemilihan.
Kelompok hak asasi manusia Amnesty International mengatakan 14 orang tewas dalam bentrokan tersebut, namun polisi mengatakan hanya tiga orang yang telah meninggal dunia.
Presiden Hernández, 49, telah berkuasa sejak 2013, dan merupakan presiden pertama yang mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua setelah pengadilan tertinggi negara tersebut mencabut larangan pemilihan kembali.