Ayatollah Khamenei Bela Angkatan Bersenjata Terkait Pesawat yang Ditembak Tak Sengaja: ‘Musuh Senang Sementara Kita Sedih’

0
601

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei membela angkatan bersenjata negaranya yang mengakui menembak jatuh pesawat penumpang secara tak sengaja.

Ia mengatakan Pengawal Revolusi, unit elit yang bertanggung jawab atas penembakan itu “mempertahankan keamanan” Iran.

Protes dan kritikan keras dari luar negeri semakin menekan Iran untuk mengatasi insiden ini.

Ayatollah Khamenei menyerukan “persatuan Iran” setelah memimpin salat Jumat untuk pertama kalinya sejak 2012.

Pesawat penumpang Ukraina Boeing 737-800 dalam perjalanan ke Kiev dari Tehran pada 8 Januari saat jatuh tak lama setelah lepas landas.

Sebanyak 176 penumpang, termasuk warga Iran, Kanada, Swedia dan Inggris meninggal.

Ayatollah juga menyebut “musuh-musuh” Iran – referensi pada Washington dan para sekutu, yang ia sebutkan menggunakan penembakan pesawat untuk menutupi pembunuhan seorang jendral senior Iran Qasem Soleimani dalam sernagan drone Amerika Serikat.

“Musuh-musuh kita senang terkait pesawat jatuh sementara kita sedih,” katanya.

“Mereka senang karena menemukan sesuatu untuk mempertanyakan Pengawal Revolusi dan angkatan bersenjata,” tambahnya.

Kepemimpinan Iran juga mendapat tekanan terkait anjloknya ekonomi negara itu akibat sanksi AS.

Hari Rabu (15/01) lalu, Presiden Hassan Rouhani menyerukan adanya persatuan nasional.

Dibayang-bayangi tanda-tanda terjadinya gesekan di antara pimpinan rezim Iran, Rouhani meminta para pemimpin militer untuk menjelaskan secara lengkap tentang bagaimana pesawat itu menembak jatuh pesawat.

Selama tiga hari pihak berwenang Iran menyangkal bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat, namun setelah mendapat tekanan internasional, pimpinan Pengawal Revolusi akhirnya mengakui bahwa secara tidak sengaja menembak jatuh pesawat penumpang Ukraina itu.

Beberapa jam sebelumnya, Iran menembakkan dua rudal dengan sasaran dua pangkalan udara AS di Irak.

Serangan roket itu sebagai tanggapan atas serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad yang menewaskan jenderal senior Iran, Qasem Soleimani.

Apa yang terjadi di Iran?

Kantor berita Iran, Mehr melaporkann Ayatollah Khamenei, yang berusia 80 tahun, akan memimpin salat Jum’at di masjid Mosalla, Teheran, tetapi tidak mengaitkan acara itu dengan situasi belakangan ini.

Pernyataan itu mengutip para pejabat yang mengatakan bahwa “Iran akan kembali menunjukkan persatuan dan keagungan mereka”.

Terakhir kali Ayatollah Khamenei memimpin salat Jumat di Teheran di tahun 2012 pada peringatan 33 tahun Revolusi Islam negara itu.

Memimpin salat Jumat di ibukota merupakan tindakan simbolis signifikan yang biasanya digelar ketika otoritas tertinggi Iran ingin menyampaikan pesan penting, kata Mehdi Khalaji dari The Washington Institute for Near East Policy.

Secara historis, para pemimpin Iran telah menyerahkan tugas ini kepada para ulama yang setia dengan keterampilan pidato yang kuat, tambahnya.

Pemberitaan bahwa tembakan rudal Iran menjadi penyebab jatuhnya pesawat Ukraina telah melahirkan aksi protes berhari-hari di beberapa kota di Iran, terutama di sejumlah perguruan tinggi, yang ditandai teriakan Pengawal Revolusi adalah “pembunuh” dan “pembohong”.

Rekaman video di media sosial saat digelar proses pemakaman korban unjuk rasa memperlihatkan para pelayat meneriakkan slogan-slogan yang ditujukan kepada pihak berwenang.

Iran menyatakan telah menangkap beberapa orang terkait kecelakaan pesawat itu dan Presiden Rouhani mengatakan proses penyelidikannya akan diawasi oleh “pengadilan khusus”, seraya menekankan bahwa “seluruh dunia akan mengawasi”.

Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, mengakui bahwa masyarakat Iran telah “dibohongi” selama beberapa hari, namun dia bersikeras bahwa pemerintah Iran juga berada dalam situasi ketidaktahuan.

Pihak berwenang Iran menghadapi tekanan yang semakin besar di berbagai bidang. Ekonomi Iran saat ini sedang berjuang di bawah tekanan sanksi AS.

Mereka juga mendapat tekanan terkait kesepakatan nuklir yang terancam berantakan setelah AS menarik komitmennya.

Tahun lalu, protes yang diwarnai kekerasan meletus di sejumlah wilayah setelah pemerintah Iran secara tak terduga mengumumkan kebijakan penjatahan penggunaa BBM dan menaikkan harganya.