Teknologi mendukung kecepatan pengembangan dan penemuan vaksin. Teknologi ini menjadi krusial dalam penemuan dan pengembangan vaksin untuk mengendalikan pandemi Covid-19.
Ahli Pandemi dan Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman membeberkan teknologi yang bisa membantu percepatan pengembangan vaksin. Pertama adalah mikroskop cryo-electron (cryo-EM).
Dicky menyatakan mikroskop ini mampu membuat peneliti melihat vaksin secara lebih rinci hingga struktur atom protein virus. Hal ini juga bisa membuat penentuan target vaksin lebih cepat.
“Kemajuan dalam mikroskop elektron-cryo memungkinkan para peneliti vaksin untuk melihat protein virus secara lebih rinci hingga struktur tingkat atom protein virus. Kemajuan ini memberi kemampuan untuk menentukan target vaksin dengan lebih cepat,” kata Dicky saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (17/11).
Struktur yang dihasilkan mikroskop cryo-EM ini memberikan wawasan penting tentang kompleksitas arsitektur spike protein virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Terutama dalam penyebaran dari bagian protein SARS-CoV-2 yang mengikat reseptor ACE2 manusia. Riset struktur ini akan digabungkan dengan informasi situs pengikatan berbagai antibodi pada S-protein agar peneliti bisa membuat desain terapi dan vaksin yang efektif untuk melawan Covid-19.
Lebih lanjut, Dicky mengatakan teknologi yang mempercepat pembuatan vaksin adalah rekayasa genetika. Salah satu produk vaksin buatan rekayasa genetika adalah vaksin m-RNA yang dibuat oleh Pfizer dan Moderna.
“Teknologi rekayasa genetika juga telah mendorong kemajuan pesat dalam teknologi vaksin,” kata Dicky.
Vaksin ini adalah vaksin yang berisi instruksi genetik untuk membuat protein virus seperti protein spike SARS-CoV-2 agar tubuh bisa membangun imunitas.
Sel-sel di tubuh penerima kemudian menggunakan instruksi untuk membuat protein di dalam tubuh agar sel-sel kekebalannya dapat melihat dan merespons protein itu.
Pfizer dan Moderna memiliki teknologi untuk mengambil genom RNA dari materi genetik dan menyuntikannya ke manusia.
Setelah materi itu disuntikkan, manusia akan memproduksi protein spike virus yang menginfeksi manusia. Ketika protein spike di produksi mereka, sel akan melihat protein spike sebagai benda asing.
“Moderna dan Pfizer memimpin proses karena mereka menggunakan teknologi tercanggih dan terkini dengan m-RNA,” ujar Dicky.
Teknologi lebih lanjut adalah teknologi rekombinan yang juga bisa mempercepat pembuatan vaksin. Pembuatan vaksin dapat menggunakan genetik rekombinan, di mana gen untuk protein dimasukkan ke dalam organisme lain untuk menumbuhkan protein dalam jumlah besar.
“Juga adanya teknologi rekombinan memungkinkan antigen target dapat diproduksi di luar konteks organisme induk, ini memudahkan karena tidak ada agen infeksius yang hidup atau komponen yang berpotensi beracun dari agen tersebut yang perlu dikendalikan,” kata Dicky.
Terakhir adalah dalam hal adjuvan atau bahan pembantu untuk meningkatkan efektivitas dari vaksin agar menciptakan respons imun yang lebih kuat.
Salah satu bahan adjuvan adalah squalene yang berada di minyak hati ikan hiu.
“Kemajuan besar lain sejak tahun 1980-an adalah dalam hal adjuvan yang digunakan untuk meningkatkan presentasi antigen ke sistem kekebalan atau untuk meningkatkan imunogenisitas vaksin,” ujar Dicky.
Sumber : CNN [dot] COM