Facebook mengklaim akan menghapus seluruh informasi menyesatkan dan gerakan anti-vaksin Covid-19 di platformnya. Selama hampir dua bulan setelah peluncuran vaksin SARS-CoV-2 di Amerika Serikat (AS) dan dunia, informasi yang keliru dan hoax soal vaksin Covid-19 masih mudah ditemukan di Facebook dan Instagram.
Melansir CNN, Facebook telah bertahun-tahun bergulat dengan menangani konten anti-vaksin. Namun informasi sesat soal vaksin Covid-19 justru terus bermunculan dan mengkhawatirkan.
Tiga dari 10 hasil penelusuran teratas untuk ‘vaksin’ di Instagram milik Facebook adalah akun anti-vaksinasi, ‘kebenaran vaksin’ hingga ‘bebas dari vaksin’. Beberapa dari akun tersebut telah mengumpulkan pengikut yang cukup besar.
Akun ‘cv19vaccinereactions’, yang dikhususkan untuk mendokumentasikan klaim reaksi merugikan terhadap vaksin, memiliki lebih dari 77.000 pengikut.
Akun tersebut disebut sering membagikan laporan yang tidak berdasar dan menyindir hubungan yang tidak terbukti antara orang yang mendapatkan vaksin Covid-19 dan peristiwa kesehatan utama, termasuk stroke atau keguguran.
Joe Osborne, juru bicara Facebook, mengatakan pihaknya terus berupaya mengurangi publik untuk melihat informasi menyesatkan soal Covid-19 ataupun vaksin di platformnya.
“Facebook menghapus klaim tentang vaksin Covid-19 yang telah dibantah oleh para ahli kesehatan masyarakat dan menambahkan label serta mengurangi distribusi informasi yang salah lainnya, bekerjasama dengan tim cek fakta pihak ketiga,” tegas Osborne.
CNN menemukan lebih dari 20 grup anti-vaxxer masih ada di Facebook dan Instagram dengan keanggotaan mulai dari beberapa ratus hingga puluhan ribu pengguna. Namun Facebook mengklaim sudah menghapus grup anti vaksin tersebut sejak November 2020 atau memberikan label telah melanggar kebijakan.
Melansir ABC News, unggahan yang akan dihapus Facebook, termasuk yang menyebut corona merupakan virus buatan manusia dan vaksinnya berbahaya. Klaim semacam ini telah dilarang dalam iklan di platform Facebook.
Selain unggahan, Facebook juga akan menghapus grup, halaman, dan akun yang berulangkali membagikan klaim yang masuk kategori dilarang. Selain itu, Facebook mengklaim akan membantu pengguna mengetahui tempat dan kapan mereka dapat menerima vaksin virus corona.
Hal tersebut dilakukan bekerja sama dengan Johns Hopkins dan AARP. Kerja sama ini bertujuan menjangkau orang-orang dengan konten pendidikan yang membahas kekhawatiran yang mungkin muncul pada kelompok tersebut tentang vaksin baru.
Sumber : CNN [dot] COM