Olimpiade Tokyo: Bagaimana Upaya Jepang untuk Mencegahnya Menjadi ‘Ajang Penularan Besar’ Covid?

0
433

Olimpiade Tokyo akan dimulai Jumat (23/07), tapi jumlah atlet dan staf pendukung yang dinyatakan positif Covid mulai meningkat.

Pihak penyelenggara mengatakan sejauh ini lebih dari 80 kasus positif dilaporkan tersangkut mereka yang terlibat dalam pesta olahraga ini, termasuk para atlet dan ofisial.

Penularan di Tokyo sendiri tercatat yang paling tinggi dalam enam bulan ini dan para pakar memperingatkan terbebaninya sistem medis.

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan Olimpiade Tokyo harus tetap berjalan untuk membuktikan bahwa berbagai pertandingan dapat terselenggara dengan protokol kesehatan ketat.

Namun kasus-kasus Covid menimbulkan kekhawatiran bahwa pesta olahrga ini mungkin akan sangat dipengaruhi oleh kasus Covid atau Olimpiade bahkan dapat berubah menjadi ajang penularan super (super spreader).

Salah seorang yang memahami risiko menjadi tuan rumah Olimpiade selama pandemi global, itu adalah Dr Tara Kirk Sell.

Kariernya sebagai perenang elit mengantarkannya memenangkan medali perak untuk Tim USA di Athena pada tahun 2004, sebelum dia banting setir menjadi seorang sarjana senior di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins yang terkenal di dunia.

Sebagai seseorang yang memiliki pengalaman baik sebagai atlet Olimpiade dan ahli dalam penyakit menular, ia mengatakan kepada BBC bagaimana pihak berwenang di Jepang berencana untuk menjaga keselamatan atlet dan masyarakat setempat.

Perjalanan ke tempat acara

“Perjalanan ke Olimpiade adalah pengalaman yang seperti tak nyata- Anda mulai dengan pergi ke kamp pelatihan dan kemudian Anda pergi ke desa atlet, dan semuanya bergerak sangat cepat,” kata Dr Sell.

“Ketika saya memikirkan kembali, itu hampir seperti mimpi, karena itu berjalan begitu cepat, ada begitu banyak hal yang terjadi dan itu sangat di luar kehidupan normal Anda.”

Dan banyak atlet memiliki pengalaman yang sama – Pada Olimpiade terakhir ada 11.384 pesaing yang menuju ke kota tuan rumah, Rio, dari 205 negara yang berbeda.

Kebersamaan orang-orang dari seluruh dunia inilah yang dikhawatirkan para ilmuwan dapat mempercepat penyebaran varian Covid yang berbahaya.

“Ketika para atlet tiba mereka dites,” kata Dr Sell.

Sebelum bertolakdengan pesawat ke Jepang, para atet juga diharuskan melakukan tes.

Sejumlah atlet telah dites positif – baik saat tiba di Jepang atau sesaat setelahnya.

“Saya pikir prosedur pengujian cukup menjamin bahwa kita akan terus melihat kasus-kasus Covid yang teridentifikasi seiring dengan lebih banyak atlet yang tiba di Jepang,” kata Dr Sell.

Sesampai di sana, para atlet perlu melakukan perjalanan antara tempat akomodasi dan tempat pertandingan Olimpiade yang berbeda, aktivitas yang terkenal ramai dan kacau di masa lalu.

Dr Sell mengatakan dia harus melakukan perjalanan dengan duduk di lantai bus yang penuh ketika dia berkompetisi di Athena, hanya untuk memastikan dia berhasil sampai ke salah satu tempat pertandingan tepat waktu.

Bepergian di sekitar Tokyo begitu atlet tiba juga akan sangat berbeda dari Olimpiade biasa.

Transportasi gim akan melibatkan “lebih banyak van pribadi daripada bus besar di mana semua orang bercampur,” kata Dr Sell.

Kehidupan di Perkampungan Atlet Olimpiade

Tinggal di Tokyo juga sangat berbeda dengan menghabiskan waktu di masa Olimpiade sebelum pandemi.

“Berada di perkampungan atlet cukup mengagumkan,” kata Dr Sell.

“Anda bisa melihat orang-orang dari seluruh dunia – ini adalah kesempatan untuk mengenal orang-orang yang tidak seperti Anda.”

“Berada dalam jarak dekat dengan atlet lain yang tinggal di kompleks yang sama, makan bersama, itu adalah pengalaman di mana Anda belajar tentang orang lain.”

Hal ini tentu sangat berbanding terbalik dengan apa yang diinginkan pihak berwenang di masa pandemi Covid ini.

“Sebagian besar kesempatan untuk berbaur dan bertemu orang lain, untuk mempelajari budaya satu sama lain akan dibatasi dan sebagian besar atlet harus makan di asrama mereka.”

Mereka yang makan di ruang makan akan menemukan tirai plastik di antara tempat duduk dan tisu alkohol untuk membersihkan meja mereka setelah selesai makan.

Minuman beralkohol juga tidak akan dijual dan langkah-langkah menjaga jarak akan mengurangi potensi romansa di antara para atlet.

“Mereka sebagian besar akan berada di sana untuk bersaing, untuk mewakili negara mereka dan, tentu saja, itu adalah sesuatu yang tidak boleh kita lupakan.”

“Karena bagi saya sebagai seorang atlet itu pasti alasan utama mengapa saya berada di Olimpiade; bukan untuk berpesta, tapi untuk bersaing, dan membuat proses pelatihan selama empat tahun terakhir bermakna.”

Dan begitu para atlet memasuki Perkampungan Atlet Olimpiade di Tokyo, berkompetisi adalah satu-satunya alasan mereka diizinkan pergi sampai kemudian terbang pulang.

“Melihat pemandangan adalah bagian dari daya tarik Olimpiade untuk kota tuan rumah – bahwa orang-orang datang dan Anda bisa menunjukkan betapa hebatnya Anda sebagai tuan rumah,” kata Dr Sell. “Jadi sayang sekali Tokyo tidak bisa melakukannya tahun ini.”

Bertanding

“Ini adalah momen besar untuk berjalan di tempat kompetisi dan membuat para penggemar bersorak,” kata Dr Sell.

“Itu adalah momen terbesar bagi hampir semua atlet di luar sana. Mampu bersaing untuk negara Anda di panggung dunia tentu merupakan suatu kehormatan dan saya pikir saya tidak akan pernah melupakan itu.”

“Itu adalah pengalaman yang selalu diingat, pastinya.”

Sebuah kota yang menjadi tuan rumah Olimpiade biasanya menerima lebih dari satu juta turis.

“Olimpiade ini akan berbeda karena tidak ada penggemar yang diizinkan,” kata Dr Sell. “Para atlet akan ada di sana, staf akan ada di sana, beberapa pers akan ada di sana.”

Pejabat di Olimpiade pertama kali melarang penonton asing dan akhirnya bahkan melarang pendukung lokal menghadiri acara di Tokyo dalam upaya mengurangi kemungkinan penyebaran Covid.

Kota tuan rumah kini dalam keadaan darurat karena tingkat infeksi di sana.

“Orang-orang akan bersorak untuk rekan satu tim mereka, tetapi itu mungkin sedikit bergema,” tambah Dr Sell

“Saya pikir tidak apa-apa untuk beberapa atlet yang sudah terbiasa dengan itu, tetapi atlet lain yang umumnya disoraki mungkin merasa tak terbiasa.”

Acara penyebar super?

Terlepas dari semua risiko yang akan ditimbulkan oleh penyelenggaraan acara massal seperti Olimpiade di Jepang, Dr Sell masih optimis bahwa Olimpiade tak akan menjadi acara super spreader.

“Kita harus melihat seberapa baik penerapannya di lapangan, untuk melihat seberapa suksesnya,” katanya.

“Tentu saja jika Anda menguji semua orang setiap hari dan Anda memasukkan orang ke karantina dengan cepat jika mereka menemukan kasus positif, dan Anda memiliki populasi banyak atlet yang sudah divaksinasi, saya pikir itu adalah resep untuk mampu mengendalikan kasus ketika Anda mengidentifikasinya.”

Dr Sell menambahkan bahwa meskipun berbagai atlet dinyatakan positif, itu bukan berarti sistemnya tidak berfungsi.

“Itu bagus karena sistemnya dirancang untuk mendeteksi kasus dan itulah yang dilakukannya. Tetapi di sisi lain, setiap kasus adalah peluang untuk kesalahan dan penularan tambahan.

“Tetapi kuncinya adalah – apakah kasus-kasus ini akan dikendalikan? Dan saya pikir mereka memiliki rencana yang bagus untuk itu dan kita harus melihat apakah implementasinya akan berhasil.”