Thailand berambisi merilis mobil listrik nasional yang disebut sebagai Mine SPA1. Mobil ini sebelumnya sempat dipamerkan di Bangkok Motor Show 2019 namun saat itu masih dalam bentuk konsep dan beberapa waktu belakangan sudah terlihat masuk ke dalam tahap uji jalan.
Kabarnya mobil ini merupakan bentuk kerjasama antara group energi milik negara Thailand PTT dan perusahaan asal Taiwan, Foxconn.
Nama Mine berasal dari tagline MIssion No Emission, sementara SP1 sejenis mini MPV beratap tinggi mirip Honda Freed.
Mobil ini dibekali baterai 30 kWh yang menggerakkan motor 127 PS/220 Nm. Kecepatan tertinggi mobil seberat 1.400 kg dengan lima tempat duduk ini adalah 140 km per jam dan jangkauannya diklaim 200 km per pengisian daya dalam siklus NEDC.
Teknologi Mine SPA1 belum secanggih mobil listrik ‘terjangkau’ buatan produsen mapan, misalnya Hyundai Kona Electric.
Baterai dasar Kona Electric 39,2 kWh dan mampu menempuh jarak 305 km pada siklus WLTP. Dengan motor listriknya 136 PS/395 Nm, mobil listrik asal Korea Selatan ini mampu melaju 0-100 km per jam dalam 9,9 detik dan kecepatan tertinggi 155 km per jam.
Kendati begitu Mine tetap menjadi proyek serius dan impian Energy Absolute (EA), salah satu produsen listrik terbarukan terbesar di Thailand yang juga mempelopori pengembangan kendaraan dan menghasilkan baterai besar, mengutip Paultan.
Produksi baterai
Pada Desember 2021, EA melalui anak perusahaannya Amita Technology, membuka ‘gigafactory pertama di ASEAN’, sebagai fasilitas produksi baterai dan sistem penyimpanan energi (ESS) di Chachoengsao, bagian dari Koridor Ekonomi Timur Thailand.
Pabrik baterai lithium-ion senilai US$178 juta ini dikatakan memiliki kapasitas produksi terbesar di wilayah tersebut.
Para pejabat mengatakan bahwa pabrik tersebut memproduksi baterai lithium-ion jenis sel kantong yang ringan dan menawarkan masa pakai lama sambil mendukung pengisian cepat untuk EV berukuran besar.
EA mengatakan kapasitas produksi awal pabrik dapat melayani hingga 4.160 bus listrik per tahun.
Tapi mengapa bus? Itu karena EA sudah membuat bus listrik dan pesanannya 500 unit serta pada Januari 2022 telah mengirimkan 100 unit.
EA juga mengoperasikan layanan perahu listrik komersial yang melayani penumpang di sepanjang Sungai Chao Phraya di Bangkok dan Nonthaburi.
Selain itu perusahaan juga telah menandatangani MoU dengan unit regional China Railway Construction Corp bakalan meneliti lokomotif baterai hibrida.
Promosi kendaraan listrik
Dalam artikel Bangkok Post bulan lalu, CEO EA Sompote Ahunai mendesak pemerintah Thailand mempromosikan kendaraan listrik komersial, terutama dalam angkutan massal dan pengangkutan barang.
“Para pembuat kebijakan harus mulai membangun ekosistem EV dengan lebih fokus pada EV komersial daripada saloon, yang sebagian besar digunakan untuk penggunaan pribadi daripada beban kerja yang berat,” katanya.
Mereka membalik logika mengapa disebut kendaraan komersial listrik berada di atas EV mobil penumpang. Alasannya kendaraan komersial konvensional membutuhkan bahan bakar fosil dalam jumlah besar.
Mereka juga menyebut seluruh peralihan ke listrik bukan karena baru dan mewah, tetapi sebagai cara untuk mencapai netralitas karbon.
“Bus dan truk akan menjadi pasar utama kami. Kami tidak membuang mobil penumpang kami, tetapi kami harus menilai pasar,” kata dia.
Sementara itu MINE SP1 harus mengalami tekanan akibat pandemi yang menyebabkan dibatalkannya pesanan 3.500 unit oleh sekelompok serikat pekerja taksi.
Penguncian dan penutupan perbatasan melumpuhkan pariwisata yang berdampak parah pada industri taksi.
Sumber : CNN [dot] COM