Ilustrasi Boeing 737-800 milik China yang jatuh. (Foto: AFP/HECTOR RETAMAL)
Ilustrasi Boeing 737-800 milik China yang jatuh. (Foto: AFP/HECTOR RETAMAL)

Dalam dunia penerbangan selalu ada risiko penerbangan, meskipun ada jarak ketinggian pesawat mengudara di ketinggian yang dianggap aman.

Mark Rosenker, mantan ketua Dewan Keselamatan Transportasi Nasional mengatakan ada sejumlah faktor yang menyebabkan pesawat jatuh dan hilang kendali, seperti insiden terbaru pesawat Boeing 737-800 milik Eastern Airlines yang jatuh di China pada Senin (21/3).

Belum jelas apa penyebab pesawat tersebut jatuh, namun jika dipecah ada beberapa penyebab pesawat jatuh dari ketinggian, mulai cuaca hingga sabotase.

Berikut adalah beberapa masalah yang dapat dialami pesawat selama penerbangan.

Tekanan udara

Sebuah pesawat mengalami dua jenis tekanan, di antaranya tekanan mekanis pada kabin yang disebabkan oleh depresurisasi yang terjadi pada setiap penerbangan, dan tekanan pada pesawat saat mendarat.

Namun, menurut Todd Curtis, seorang analis keselamatan penerbangan yang sekarang aktif di organisasi AirSafe.com, mengatakan alasan tekanan udara dapat diminimalisir dengan perawatan pesawat secara berkala.

Lepas landas dan mendarat biasanya merupakan bagian penerbangan yang paling berisiko.

Cuaca

Cuaca menjadi salah satu faktor selanjutnya. Dalam kasus insiden pesawat Malaysia Airlines MH370 pada Maret 2014, pesawat mengudara dalam kondisi cuaca yang baik.

Keterangan resmi dari Malaysian Airlines mengatakan cuaca bisa menjadi faktor, peristiwa jatuhnya pesawat. Salah satu faktor yang terjadi selama peristiwa ini adalah pesawat mengudara di atas lautan pada malam hari.

Dalam kondisi ini, secara visual kru berisiko tidak dapat melihat ke luar jendela dan menggunakan cakrawala sebagai semacam indikator cadangan ketinggian pesawat.

Hal ini dapat mempersulit pilot untuk memulihkan pesawat jika berada dalam posisi yang tidak biasa.

Penyebab Pesawat Jatuh

Kegagalan teknis

Kegagalan katastropik dapat mempengaruhi satu atau lebih struktur atau sistem pesawat yang kritis, sehingga menyulitkan atau tidak mungkin bagi awak untuk mendaratkan pesawat dengan aman.

Kegagalan katastropik adalah terganggunya atau penyimpangan fungsi kontrol pesawat yang bisa menyebabkan kerusakan berantai (chain of damage) atau berupa kegagalan berantai (chain of failure) yang bisa bersifat fatal dan menyeluruh.

Peristiwa yang paling terkenal adalah “keajaiban di Hudson” pada 2009, ketika US Airways Penerbangan 1549 lepas landas dari Bandara LaGuardia di New York.

Pesawat menabrak beberapa burung di langit, lalu kehilangan kedua mesin dan kemudian berhasil dipandu ke pendaratan yang aman.

Tetapi ketika pesawat berada di ketinggian jelajah, para ahli mengatakan burung tidak lagi menjadi ancaman.

Jadi setelah tanda sabuk pengaman berbunyi, penumpang dapat bersantai dan menikmati penerbangan, menurut Majalah Time.

Curtis mengatakan beberapa pesawat memiliki sistem cadangan atau prosedur di pesawat. Namun biasanya sistem cadangan ini bisa digunakan dalam kondisi darurat penerbangan.

Diketahui saat ini pesawat memiliki sejumlah teknologi yang sangat andal sehingga kegagalan teknis sangat tidak mungkin terjadi dalam operasi reguler.

Dalam 75 persen hingga 80 persen kasus kecelakaan, NPR mencatat kesalahan ada pada manusia, baik oleh pilot atau oleh pengontrol lalu lintas udara (ATC).

Sabotase

Sabotase adalah satu-satunya alasan terbesar untuk kecelakaan dalam perjalanan.

Max Kingsley-Jones, seorang reporter untuk sebuah majalan penerbangan, Flight Global menjelaskan penyebab pesawat jatuh, di antaranya adanya sabotase.

Ia mengatakan total 46 pesawat jet buatan barat telah jatuh dengan hilangnya semua penumpang. Dari jumlah tersebut, 13 kasus disebabkan oleh sabotase, dua lagi oleh pembajakan dan satu ditembak jatuh.

Tiga lagi disebabkan oleh penyebab yang belum ditentukan di mana awak pesawat diduga bunuh diri.

Dia mencatat dalam beberapa kasus, isiden kecelakaan dalam penerbangan terjadi begitu cepat sehingga awak pesawat tidak dapat mengeluarkan segala bentuk mayday.

Peran pilot

Saat menghadapi krisis, tugas utama pilot adalah mempertahankan kendali atas pesawat. Hal itu ditemukan pada kasus hilangnya komunikasi dari pesawat Malaysia Airlines.

“Jika pilot terganggu oleh hal lain, maka berbicara dengan pengendali lalu lintas udara bukanlah prioritas,” kata John Cox, mantan pilot maskapai komersial.

Dia mencatat jika tidak ada komunikasi, itu berarti sesuatu yang mengerikan telah terjadi, atau kru tidak menyadari apa yang terjadi.

Rekaman kotak hitam dalam kasus hilangnya komunikasi menunjukkan pilot tampaknya tidak menyadari pesawat akan jatuh hingga beberapa detik sebelum badan pesawat menyentuh air.