Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan Basarnas memiliki alat canggih, salah satunya robot ular. Teknologi ini menurutnya diperlukan untuk mempercepat pencarian dan pertolongan bencana.
Hal itu disampaikan Jokowi di rapat kerja Basarnas dan Forum Koordinasi Potensi Pencarian dan Pertolongan (FKP3) Nasional 2023, Kamis (16/2/2023). Jokowi mengatakan robot ular sudah digunakan di sejumlah negara.
“Kemudian juga untuk efektivitas pertolongan dan pencarian. Ini sudah digunakan di beberapa negara di Amerika Serikat, di Jepang, yaitu robot ular atau snake robot yang bisa…,” kata Jokowi sambil meliuk-liukkan tangannya.
Robot bantu tim penyelamat
Dikutip dari DW News, Jumat (17/2/2023) ada beberapa cara yang digunakan tim penyelamat untuk menemukan orang yang masih hidup di bawah reruntuhan saat terjadi bencana, misalnya mengerahkan anjing pelacak.
Selain itu, mereka juga mengandalkan teknologi untuk mencari korban selamat. Baru-baru ini, Uni Eropa mempresentasikan proyek CURSOR (Coordinated use of miniaturized robotic equipment and advanced sensors for search and rescue operations), yakni robot dan drone untuk membantu menyelamatkan orang dari reruntuhan gempa.
Robot kecil beroda ini dilengkapi kamera infra merah dan termal yang bisa mendeteksi orang-orang yang terjebak di bawah reruntuhan.
Dengan bantuan pengeras suara dan mikrofon, pekerja darurat kemudian dapat mencoba menghubungi calon korban selamat. Pekerjaan ini lalu dibantu drone yang memberikan gambar 3D dari situs yang runtuh.
“Selama gempa susulan di Turki dan Suriah baru-baru ini, pencarian korban sangat berbahaya bagi tim penyelamat karena semuanya runtuh,” kata Karsten Berns, seorang ilmuwan komputer dan kepala Robotic Systems Chair at the Rhineland-Palatinate Technical University of Kaiserslautern-Landau.
Menurutnya, situasi semacam itu adalah sesuatu yang seharusnya bisa dibantu oleh sistem otonom dengan mengerahkan robot.
Apa yang bisa dilakukan robot penyelamat?
Berns adalah pakar robot penyelamat gempa. Pada 2016, timnya menjadi bagian dari proyek yang mirip dengan CURSOR. Robot yang digunakan dalam proyek ICARUS juga dirancang untuk memfasilitasi pekerjaan bantuan, termasuk kendaraan beroda rantai kecil dengan sensor infra merah dan robot besar mirip ekskavator yang dapat memindahkan puing-puing berat atau bagian bangunan.
Robot ini dioperasikan dari jarak 1 kilometer untuk memastikan tidak ada operator ekskavator yang dalam bahaya sementara kamera mentransmisikan ke pusat kendali apa yang “dilihat” robot.
Robot yang dapat memasuki rumah yang runtuh dilengkapi dengan sensor gas. Untuk diketahui, ledakan dari pipa gas yang rusak dapat menimbulkan risiko serius.
Robot Berns dan yang lebih baru dalam proyek CURSOR adalah prototipe yang dikembangkan oleh para peneliti dan diuji dalam presentasi individu. Tak satu pun dari mesin ini dapat membantu menemukan korban yang terkubur di zona gempa Turki-Suriah.
Produksi skala besar untuk digunakan dalam bencana nyata masih jauh. Masih banyak pertanyaan, siapa yang membiayai produksi mesin-mesin mahal ini? Atau siapa yang menanggung biaya transportasi ke zona gempa?
“Tidak ada seorang pun dalam penelitian yang memiliki dana,” kata Berns, seraya menambahkan bahwa di situlah industri berperan.
Robot atau anjing penyelamat?
Keuntungan menggunakan anjing penyelamat adalah mereka dapat mencium bau keringat, hormon, darah, kotoran, atau bahkan napas manusia. Ketika mereka mengendus seseorang yang tergeletak di bawah reruntuhan, mereka menggonggong dan mencakar di tempat itu.
Mereka tidak membutuhkan listrik atau internet seperti robot. Sejauh ini, robot belum bisa menyamai kemampuan indra anjing pelacak. Di sisi lain, robot memiliki beberapa keuntungan, antara lain bisa mengirimkan gambar dan dapat diarahkan ke lokasi yang tepat.
Saat mengerjakan proyek ICARUS, Berns dan timnya berpikir untuk menggunakan teknologi mengotomatiskan proses keputusan bangunan mana yang akan dikirim penyelamat.
Jika bahaya keruntuhan terlalu besar, tim penyelamat harus memutuskan untuk menggunakan robot agar tidak menambah korban jiwa. Keputusan semacam itu tidak dapat diserahkan pada robot.
“Di sisi lain, ada orang-orang di bawah reruntuhan yang senang mengetahui ada manusia lain di dekatnya, ada seseorang yang akan datang,” kata Berns.