Kapan Lebaran 2023? Pakar Jelaskan Tanggalnya

0
298

Idulfitri 1444 H atau Lebaran 2023 berpotensi jatuh pada tanggal yang berbeda. Berikut penjelasan pakar mengenai hal tersebut.

Profesor Riset Astronomi-Astrofisika di Pusat Riset Antariksa BRIN, Thomas Djamaluddin menyebut ada potensi perbedaan Lebaran 2023. Hal itu dikarenakan pada saat maghrib 20 April ada potensi posisi Bulan di Indonesia belum memenuhi kriteria baru MABIMS.

“Jadi ada potensi perbedaan: Versi [MABIMS] 1 Syawal 1444 pada 22 April 2023, tetapi versi WH 1 Syawal 1444 pada 21 April 2023,” katanya menjelaskan.

MABIMS merupakan gabungan Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Dalam menentukan tinggi minimal hilal, MABIMS menggunakan kriteria 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat yang disingkat (3-6,4).

Hilal merupakan Bulan dengan penampilan amat tipis di langit pertanda pergantian bulan hijriah.

Elongasi adalah jarak sudut antara pusat piringan Bulan dan pusat piringan Matahari yang diamati oleh pengamat di permukaan Bumi.

Abdul Mufid, Postdoctoral pada kelompok riset Astronomi dan Observatorium di Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengungkap sempat ada perubahan kriteria MABIMS.

Yang lama mengacu pada tinggi hilal minimal 2º dan elongasi atau jarak sudut Bulan-Matahari minimal 3 derajat serta umur bulan minimal 8jam. Sementara, kriteria baru adalah tinggi hilal minimal 3º dan elongasi minimal 6,4 derajat.

Kriteria MABIMS itu dipakai juga oleh Pemerintah Indonesia dan organisasi Nahdlatul Ulama, yang memakai metode Inkan Rukyat. Sementara itu, Muhammadiyah menggunakan kriteria wujudul hilal.

Muhammadiyah akan melakukan Idulfitri pada 21 April. “Menurut kriteria baru MABIMS 20 April belum memenuhi kriteria. 20 April ada gerhana matahari, sedangkan menurut kriteria wujudul hilal yang dipedomani Muhammadiyah, itu sudah masuk,” kata Thomas.

Sekretaris PP Muhammadiyah, Muhammad Sayuti memaparkan bahwa penetapan Ramadhan didasarkan pada metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal, bukan Hisab ‘Urfi.

Penetapan itu dihasilkan lewat proses ijtimak atau konjungsi antara bulan dan matahari pada Rabu 22 Maret 2023, bertepatan 30 Syakban 1444 H pukul 00.25.41 WIB, dengan ketinggian bulan saat matahari terbenam di Yogyakarta, +7° 57` 17″.

“Umur bulan Syakban 1444 H adalah 30 hari, dan tanggal 1 Ramadan 1444 H jatuh pada Kamis Pon, 23 Maret 2023. Jadi, mulai Tarawih Rabu malam,” kata Sayuti Februari lalu.

Sementara untuk Syawal sebagai Hari Raya Idul Fitri, ijtimak terjadi Hari Kamis Legi 20 April 2023 tepat 29 Ramadan 1444 H. Ijtimak Syawal berlangsung pukul 11.15.06 WIB.

Sayuti menjelaskan, ketinggian bulan Syawal saat matahari terbenam di Yogyakarta +01° 47` 58″. Dengan kondisi itu maka dinyatakan hilal di seluruh wilayah Indonesia ketika matahari terbenam, posisi bulan sudah berada di atas ufuk.

Sementara itu, berdasarkan kajian Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hilal pada Kamis (20/4) atau 28 Ramadan 1444 H diperkirakan masih di bawah kriteria MABIMS.

“Ketinggian hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 20 April 2023, berkisar antara 0,75º di Merauke, Papua, sampai dengan 2,36º di Sabang, Aceh,” urai BMKG.

BMKG memaparkan elongasi di Indonesia saat Matahari terbenam pada 20 April “berkisar antara 1,48º di Waris, Papua, sampai dengan 3,09º di Sabang, Aceh.”

Selain itu, BMKG juga mengungkap tidak ada benda langit lain yang bakal mengganggu pengamatan hilal pada 20 Maret.

“Pada tanggal 20 April 2023, dari sejak Matahari terbenam hingga Bulan terbenam tidak ada objek astronomis lainnya yang jarak sudutnya lebih kecil daripada 10° dari Bulan.”

Sumber : CNN [dot] COM