Penelitian terbaru mengungkapkan lebih dari 50 persen danau terbesar dunia makin menyusut. Pemanasan global jadi salah satu pemicu utama.

Secara global, danau dan waduk air tawar menyimpan 87 persen air di Bumi, menjadikannya sumber daya berharga bagi manusia dan ekosistem di planet ini.

Dalam studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Science, penyebab utamanya lantaran pemanasan iklim dan konsumsi manusia yang tidak berkelanjutan.

Para peneliti menemukan “penurunan penyimpanan yang signifikan secara statistik untuk 53 persen badan air ini selama periode 1992-2020.”

“Kehilangan volume bersih di danau alami sebagian besar disebabkan oleh pemanasan iklim, peningkatan penguapan, dan konsumsi air manusia, sedangkan sedimentasi mendominasi kehilangan penyimpanan di waduk,” demikian tertulis dalam makalah itu.

Dikutip dari ScienceDaily, penelitian ini didasari krisis lingkungan di beberapa sumber penampungan air terbesar di Bumi, seperti mengeringnya Laut Aral antara Kazakhstan dan Uzbekistan.

Para peneliti dari University of Colorado Boulder (CU Boulder), Kansas State University, Prancis, dan Arab Saudi menciptakan teknik untuk mengukur perubahan ketinggian air di hampir 2.000 danau dan waduk terbesar di dunia, yang mewakili 95 persen dari total penyimpanan air danau di dunia.

Studi dilakukan dengan mengambil data pengamatan danau-danau terbesar sejak 1972 dan menggabungkannya dengan tiga dekade pengamatan satelit, data iklim, dan model hidrologi.

“Kami memiliki informasi yang cukup bagus tentang danau ikonik seperti Laut Kaspia, Laut Aral, dan Laut Salton, tetapi jika Anda ingin mengatakan sesuatu dalam skala global, Anda memerlukan perkiraan tingkat dan volume danau yang dapat diandalkan,” kata salah satu penulis studi yang merupakan pakar hidrologi dan sumber daya air dari CU Boulder Balaji Rajagopalan, dalam webinar, Senin (5/6).

Tim menggunakan 250 ribu foto satelit antara 1992-2020 untuk mensurvei area 1.972 danau terbesar di Bumi. Mereka mengumpulkan data ketinggian air dari sembilan altimeter satelit dan menggunakan ketinggian air jangka panjang.

Untuk danau tanpa catatan level jangka panjang, mereka menggunakan pengukuran air terbaru yang dibuat oleh instrumen baru di satelit.

Studi ini juga menggabungkan pengukuran tingkat terbaru dengan pengukuran luas jangka panjang yang memungkinkan para ilmuwan untuk merekonstruksi volume danau sejak beberapa dekade yang lalu.

Hasilnya mencengangkan: 53 persen danau di dunia mengalami penurunan penyimpanan air. Penulis membandingkan kehilangan ini dengan besarnya 17 Danau Meads, waduk terbesar di Amerika Serikat.

Untuk menjelaskan tren danau alami, tim memanfaatkan kemajuan terbaru dalam penggunaan air dan pemodelan iklim.

Yao menyatakan perubahan iklim dan konsumsi air manusia mendominasi penurunan volume danau alam secara global dan kehilangan air di sekitar 100 danau besar.

“Dan banyak jejak manusia dan perubahan iklim pada kehilangan air danau sebelumnya tidak diketahui, seperti pengeringan Danau Good-e-Zareh di Afghanistan dan Danau Mar Chiquita di Argentina.”

Danau yang kehilangan volumenya berasal dari daerah kering maupun basah. Hilangnya danau tropis lembab dan danau Arktik menunjukkan tren pengeringan yang lebih luas daripada yang dipahami sebelumnya.

Yao dan rekan-rekannya juga menilai tren penyimpanan di reservoir. Mereka menemukan bahwa hampir dua pertiga dari reservoir besar Bumi mengalami kehilangan air yang signifikan.

“Sedimentasi mendominasi penurunan penyimpanan global di reservoir yang ada,” kata Ben Livneh, rekan penulis dan profesor teknik di CU Boulder.

Di waduk yang sudah lama ada – yang terisi sebelum 1992 – sedimentasi lebih jadi masalah ketimbang periode kekeringan dan curah hujan yang tinggi.

Naik sebagian

Di saat mayoritas danau global menyusut, 24 persen danau lainnya mengalami peningkatan penyimpanan air yang signifikan.

Danau yang tumbuh cenderung berada di daerah yang jarang penduduknya, seperti di Dataran Tinggi Tibet bagian dalam dan Dataran Besar Utara Amerika Utara, dan di daerah dengan waduk baru seperti lembah sungai Yangtze, Mekong, dan Nil.

Para penulis memperkirakan seperempat populasi dunia atau 2 miliar orang tinggal di cekungan danau yang mengering.

“Jika konsumsi manusia merupakan faktor besar dalam penurunan penyimpanan air danau, maka kita dapat beradaptasi dan mengeksplorasi kebijakan baru untuk mengurangi penurunan skala besar,” kata Livneh.