Tiga raksasa teknologi mengembangkan kompetitor kecerdasan buatan ChatGPT. Apple jalan sendiri, sementara Meta menggaet Microsoft.

Apple kini sedang menguji coba chatbot yang oleh beberapa insinyurnya disebut sebagai “Apple GPT.”

Perusahaan pemilik merek iPhone ini belum menentukan strategi untuk merilis teknologi ini ke konsumen, namun mereka dilaporkan akan membuat pengumuman penting terkait AI tahun depan.

Dikutip dari TechCrunch, Apple dilaporkan membangun framework-nya sendiri, dengan nama kode “Ajax” untuk membuat model bahasa yang besar yang merupakan sistem berbasis AI yang mendukung program seperti ChatGPT dan Bard.

Ajax berjalan di Google Cloud dan dibangun dengan Google JAX yang merupakan framework pembelajaran mesin pencarian Google . Apple memanfaatkan Ajax untuk membuat model bahasa besar dan berfungsi sebagai fondasi untuk chatbotnya.

Lebih lanjut, chatbot untuk kalangan internal sudah tersedia meski sempat dihentikan untuk sementara waktu karena masalah keamanan tentang AI generatif.

Banyak karyawan yang sudah mendapatkan akses ke chatbot tersebut, tetapi diperlukan persetujuan khusus untuk mengaksesnya.

Dikutip dari Bloomberg, setiap output dari chatbot Apple tidak dapat digunakan untuk mengembangkan fitur yang ditujukan untuk pelanggan. Karyawan Apple sendiri menggunakan chatbot untuk membantu pembuatan prototipe produk.

Selain itu, chatbot dapat digunakan untuk meringkas teks dan menjawab pertanyaan berdasarkan data yang telah dilatih.

Chatbot perusahaan ini mirip dengan Bard, ChatGPT, dan Bing AI, karena tidak memiliki fitur tambahan yang membedakannya dari apa yang saat ini tersedia secara komersial.

Apple dilaporkan tengah mencari sejumlah talenta AI generatif.

Perusahaan ini memposting beberapa lowongan pekerjaan di halaman karirnya untuk mencari ahli dalam AI generatif, salah satunya insinyur dengan “pemahaman yang kuat tentang model bahasa besar dan AI generatif.”

AI open source

Sementara itu, Meta merilis model bahasa AI baru hasil kerja sama dengan Microsoft yang disediakan secara open source dan bisa diakses publik secara gratis.

“Kami sekarang siap untuk membuat versi open source berikutnya dari Llama 2 dan menyediakannya secara gratis untuk penelitian dan penggunaan komersial. Kami juga menyertakan bobot model dan kode awal untuk model yang sudah dilatih dan versi percakapan yang sudah disesuaikan,” tulis Meta di blognya, Selasa (18/7).

Model bahasa besar AI yang baru diluncurkan Meta ini juga bekerja sama dengan raksasa teknologi Microsoft.

Microsoft menyediakan model bahasa ini melalui katalog Azure AI untuk digunakan dengan alat cloud, seperti pemfilteran konten. Alat ini juga dapat berjalan langsung di PC Windows, dan akan tersedia melalui penyedia pihak ketiga seperti Amazon Web Services dan Hugging Face.

Dikutip dari Engadeget, model AI yang asli adalah open source, tetapi ditujukan khusus untuk akademisi dan peneliti. Kini perluasan segmen Llama 2 memungkinkan perusahaan menyesuaikan teknologi untuk tujuan mereka sendiri, seperti chatbot dan generator gambar.

Idealnya, hal ini memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari pemodelan ini sambil memberikan cara bagi pihak luar untuk memeriksa bias, ketidakakuratan, dan kekurangan lainnya.

Microsoft sendiri telah menggunakan sistem OpenAI dalam produk-produk seperti Azure dan Bing. Kolaborasi Meta memberikan lebih banyak pilihan kepada pelanggan bisnis Microsoft, terutama jika mereka tertarik untuk menyempurnakan model yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Kode open source bukanlah hal baru di dunia AI. Namun, pesaing utama Llama 2 seperti GPT-4 dari OpenAI cenderung mengunci model bahasanya demi pendapatan langganan atau lisensi.

Selain itu, ada juga kekhawatiran peretas dan aktor jahat lainnya mungkin mengabaikan ketentuan lisensi open source dan menggunakan alat tersebut untuk hal jahat.

Maka dari itu, tools ini memberi penekanan pada penggunaan yang bertanggung jawab.

Pasalnya, industri teknologi khawatir model AI bahasa besar dapat lepas kendali, yang mengarah ke robot pembunuh atau penyebaran informasi yang salah.

Beberapa waktu lalu, para ahli dan pemimpin perusahaan bahkan menyerukan pembekuan eksperimen selama enam bulan untuk memastikan para pengembang mengatasi masalah etika dan keamanan.

Para politisi juga berharap untuk mengatur AI, dengan satu rancangan undang-undang Senat yang dimaksudkan untuk meminta pertanggungjawaban para pembuat AI atas konten yang merusak.