Semua orang pasti memiliki gas di dalam tubuhnya. Namun penyebab seseorang membuang gas atau kentut bisa berbeda-beda, bahkan terkadang perlu dikhawatirkan.
Kepala divisi gastroenterologi di University of Tennessee Health Science Center, Dr. Mark Corkins, mengatakan buang gas bisa disebabkan oleh dua gas berbeda di dalam tubuh.
Pertama adalah udara, dan kedua merupakan gas asli yang berasal dari fermentasi makanan di usus besar.
“Usus besar kita memiliki (miliaran) bakteri yang hidup di dalamnya. Jika kita tidak mencerna (makanan), bakteri akan melakukannya,” kata Corkins mengutip CNN, Minggu (20/8).
Ia mengatakan volume gas cenderung lebih banyak ketika makanan bergerak melalui usus besar. Di sisi lain, setiap manusia umumnya buang angin antara lima sampai dengan 15 kali per hari.
Dr. William Chey, Profesor Gastroenterologi H. Marvin Pollard di University of Michigan menuturkan hal tersebut karena sistem pencernaan setiap manusia berbeda-beda. Ia juga bilang bau yang ditimbulkan saat buang angin bukan menjadi sinyal bahaya terhadap tubuh.
“Itu karena fungsi saluran (pencernaan) tiap orang berbeda, tergantung mikrobioma yang hidup dalam saluran pencernaan dan tergantung makanan yang dimakan,” ungkap Chey
“Semua hal itu adalah faktor kunci untuk menentukan seberapa sering Anda buang gas, seberapa banyak Anda buang gas, dan seperti apa bau gas Anda. Beberapa bau lebih menyengat daripada yang lain karena alasan ini, kata para ahli, tetapi tidak ada bau yang merupakan tanda bahaya,” kata dia.
Gas bukan indikator kesehatan usus. Tetapi pilihan diet dapat menyebabkan lebih banyak atau lebih sedikit gas.
Sementara itu pilihan makanan dapat menjadi penyebab timbulnya gas pada tubuh. Corkins memberi contoh kacang yang memiliki protein dan sulit dicerna.
Kacang menjadi salah satu sumber FODMAP, yakni oligosakarida yang dapat difermentasi, disakarida, monosakarida, dan poliol. Ini juga merupakan karbohidrat atau gula rantai pendek yang, bagi sebagian orang, diserap dengan buruk oleh usus kecil, menyebabkan masalah pencernaan seperti gas, kram, diare, sembelit, atau perut kembung.
Makanan tinggi FODMAP termasuk sayuran tertentu, buah-buahan, kembang kol, bawang putih, apel, persik, gandum, sirup jagung fruktosa tinggi, hingga produk susu.
“Banyak dari kita tanpa sadar memakan banyak FODMAP, tetapi setiap orang memiliki pola yang sedikit berbeda tentang seberapa baik mereka dapat menyerap dan melakukan proses metabolisme ini,” kata Dr. Rena Yadlapati, profesor kedokteran di divisi gastroenterologi di Universitas California, San Diego.
Sebaliknya, beberapa orang akan mengalami masalah pencernaan saat mereka makan banyak daging merah.
“Faktanya, (untuk) hampir semua orang, jika Anda makan cukup daging merah, Anda tidak dapat mencerna atau menyerap semuanya dengan baik, dan itu akan sampai ke usus besar tempat difermentasi untuk menghasilkan gas dan bahan kimia. Hal yang sama bisa terjadi dengan kelebihan karbohidrat yang tidak terserap dan akhirnya berfermentasi di usus besar,” kata Chey .
“Hal lainnya adalah memastikan kebiasaan buang air besar Anda teratur. Orang yang mengalami sembelit jauh lebih rentan mengalami kembung dan perut kembung,” ungkapnya lagi.
Sumber : CNN [dot] COM