Zoom mendadak jadi tenar, banyak yang memakainya kala bekerja dari rumah. Akan tetapi beragam persoalan keamanan dan privasi membuat mereka kelabakan. Siapa kira-kira yang paling diuntungkan?
Sudah ada beberapa pihak melarang Zoom. Sebut saja Google, pemerintah Taiwan, sekolah-sekolah di New York sampai baru-baru ini di Singapura, keluar larangan memakai Zoom bagi guru. Itu terkait fenomena zoom bombing di mana pihak asing bisa nimbrung dalam percakapan.
Belum lagi ternyata aplikasi itu tidak dibekali penyandian end to end sehingga pembicaraan penting tidak disarankan dilakukan. Isu-isu tersebut membuka peluang bagi para kompetitor Zoom seperti Microsoft Teams, Google Meet sampai WebEx besutan Cisco.
Di antara alternatif itu, Microsoft dinilai berada di posisi terkuat untuk menjegal Zoom. “Mereka punya solusi bagus dengan Microsoft Teams. Jadi saya pikir mereka punya keuntungan terbesar,” kata Alex Zukin, analis di RBC Capital Markets.
Teams terintegrasi secara mendalam dengan software Office 365 serta Microsoft bereputasi soal keamanan. “Persepsi tentang Microsoft adalah aman dan Anda sudah menggunakan (produk lainnya),” cetus Alex, dikutip detikINET dari Business Insider, Selasa (14/4/2020).
Belum lagi perusahaan seperti Microsoft tentu punya sumber daya besar dan lebih dapat diandalkan betapapun banyak pemakainya. “Microsoft dan Google punya tulang punggung infrastruktur, kredibilitas dan skala bisnis untuk memenuhi kebutuhan dunia,” ujar Mark Bowker dari Enterprise Strategy Group.
Akan tetapi untuk saat ini, memang belum ada tanda-tanda popularitas Zoom tergerus dan pengguna beralih ke produk lain. Kemudahan pemakaian mungkin salah satu sebab layanan ini masih favorit dan juga CEO Zoom, Eric Yuan, gencar mengatakan perusahaannya akan memperbaiki semua masalah yang menerpa.