Jokowi: Indonesia Harus Mampu Ciptakan Teknologi Canggih

0
762

Presiden Joko Widodo mengungkapkan Indonesia selama ini hanya bisa menerima tekonologi-teknologi canggih dari berbagai negara maju, padahal Indonesia berpotensi menciptakan sebuah teknologi tersebut.

Presiden Joko Widodo menilai selama ini Indonesia belum mampu membangun sebuah teknologi yang canggih, padahal Indonesia punya sumber daya alam berlimpah. Menurut Jokowi, Indonesia harus mulai untuk tidak hanya membeli proyek jadi atau turn key.

“Ini penting sekali, ini sering kita hanya terima kunci, terima jadi. Akhirnya berpuluh-puluh tahun kita tidak bisa membuat teknologi itu. Jadi jangan sekedar membeli mesin jadi, sekaligus bersama seluruh ahlinya,” ungkapnya dalam acara Peresmian Pembukaan Rapat Kerja Nasional Penguatan Ekosistem Inovasi Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Tahun 2021 di Istana Negara, Senin (8/3).

Ia menekankan BPPT harus menjadi lembaga akuisisi teknologi. Caranya, yaitu bekerja sama dengan negara-negara maju untuk memproduksi teknologi di Indonesia. Kerja sama itu harus melibatkan pakar teknologi dan peneliti di Tanah Air, sehingga terjadi transfer ilmu pengetahuan dan pengalaman.

“Sekarang ini teknologi berjalan sangat cepat sekali dan teknologi yang kita butuhkan untuk pemulihan ekonomi nasional mungkin saja belum diproduksi di dalam negeri. Jadi strategi akuisisi teknologi dari luar negeri menjadi kunci percepatan pembangunan ekonomi kita,” paparnya.

Presiden mencontohkan, pada masa pandemi COVID-19 banyak inovasi-inovasi di bidang kesehatan yang ditemukan oleh peneliti di Indonesia, seperti salah satunya teknologi pemeriksaan awal untuk melacak kasus positif COVID-19, yakni GeNose. Menurutnya, temuan inovasi seperti ini harus terus dikembangkan agar Indonesia tidak bergantung pada alat kesehatan impor yang cenderung mahal.

Lanjutnya, Jokowi ingin BPPT menjadi pusat kecerdasan teknologi Indonesia. Apalagi, saat ini dunia memasuki era artificial intelligence atau kecerdasan buatan (AI). Menurutnya, siapapun yang bisa menguasai era tersebut, akan berpotensi menguasai dunia.

Untuk itu, dia meminta BPPT untuk mensinergikan talenta-talenta Tanah Air di bidang teknologi mulai dari diaspora, peneliti universitas, start-up teknologi, dan anak muda yang militan untuk berkontribusi menciptakan sebuah teknologi canggih di masa depan.

“Bangun mesin AI induk, yang bisa memfasilitasi gotong-royong antarinovator dan peneliti, memfasilitasi kecerdasan komputer dan kecerdasan manusia untuk mendukung keunggulan ekonomi yang tidak konvensional dan sekaligus efektif,” katanya.

Fokus BPPT

Dalam kesempatan yang sama, Kepala BPPT Hammam Riza, mengungkapkan pada tahun ini pihaknya fokus untuk mengembangkan berbagai teknologi, mulai dari teknologi kesehatan, khususnya untuk penanganan COVID-19, teknologi tepat guna pangan, serta teknologi pencegah stunting atau kerdil pada anak dan pertanian cerdas (smart farming)

Di bidang teknologi kebencanaan, pihaknya juga sedang membangun infrastruktur sistem peringatan dini tsunami bersama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta teknologi modifikasi cuaca yang bisa dimanfaatkan untuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan upaya redistribusi curah hujan untuk pencegahan bencana banjir.

“BPPT berperan dalam implementasi sistem pemerintahan berbasis elektronik serta melaksanakan big data untuk mendukung satu data Indonesia. Sejalan pula dengan revolusi 4.0 kami menginisasi strategi nasional AI untuk menjadi masukan bagi rancangan Perpres terkait dengan kolaborasi untuk inovasi kecerdasan artifisial,” ungkap Hammam.

Temuan BPPT

Di hadapan Jokowi, Hammam juga memaparkan sejumlah keberhasilan BPPT, antara lain pembangunan pabrik pemurnian garam rakyat yang berkapasitas 40 ribu ton per tahun, pembangunan dan pengoperasian pembangkit listrik tenaga sampah dengan skala 100 ton per hari, serta membuat percontohan pengolahan emas bebas merkuri di pertambangan emas skala kecil.

“Berbagai bidang teknologi lainnya seperti di bidang energi baru terbarukan (EBT) menghasilkan pembangkit listrik tenaga panas bumi skala kecil, pembangkit listrik tenaga biogas dan biomassa. Serta mengejar inovasi di bidang green fuel,” paparnya.

BPPT pun telah mengembangkan teknologi untuk kendaraan bermotor listrik yang telah menghasilkan stasiun pengisi daya cepat (fast charging station) dan motor penggerak listrik. Untuk bidang teknologi kemaritiman, BPPT, ujarnya telah menghasilkan desain kapal pengawas yang telah dimanfaatkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

“Khususnya di bidang teknologi pertahanan dan keamanan (hankam) melalui ekosistem inovasi BPPT bersama konsorsium drone kombatan elang hitam sedang bekerja keras untuk siap terbang perdana pada tahun 2021 ini,” jelasnya.