Bagaimana efek bekerja hingga larut malam pada kebugaran tubuh

0
1167

Tracey Loscar, seorang paramedis di Alaska, bekerja selama 16 hingga 24 jam sehari. Dalam sepekan, dia harus empat kali menjalani jam kerja hingga larut malam yang panjang itu. Tracey tercatat telah melalui jam kerja tersebut dalam 17 tahun terakhir.

“Kami berseloroh bahwa pada hari kerja pertama, anda siap mengambil tantangan itu dan di hari keempat anda sudah lelah dan ingin merusak semuanya,” kata Tracey.

“Saya suka dengan ritme malam hari. Hanya ada sedikit orang di jalanan, begitu juga keluhan dan laporan yang masuk lewat telepon.

“Pola kehidupan malam hari berbeda, tidak banyak toko atau pusat bisnis yang buka,” tuturnya.

Meski demikian, jam kerja yang dijalani Tracey juga penuh resiko. “Malam hari lebih berbahaya dari sudut pandang jenis penyakit yang kami tangani.

“Jika waktu penanganan yang kami miliki sangat pendek, tentu resiko yang akan muncul lebih tinggi. Hal seperti ini mendebarkan hati,” ujar Tracey.

Di berbagai penjuru dunia, jutaan orang bekerja pada malam hari. Ada sejumlah data statistik resmi, namun jika merujuk pada penelitian yang dilakukan Universitas Princeton, sekitar 7 hingga 15% tenaga kerja di negara berkembang terikat pada jam kerja malam hari.

Padahal, Oganisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyebut bekerja malam hari dapat menyebabkan penyakit kanker karena ketidaksesuaian ritme metabolisme.

Lalu, seperti apa fenomena bekerja pada malam hari dimulai?

“Oleh karena produksi bolham lampu murah yang digagas Thomas Alfa Edison, kita dapat menginvasi malam dengan biaya rendah dan jam tidur adalah korban yang pertama,” kata Russel Foster, pakar soal tidur yang berstatus profesor di Universitas Oxford.

“Persoalan utamanya, manusia memiliki jam biologis yang terbentuk dari siklus hari, terang atau gelap,” ujarnya.

Foster berkata, pekerja malam hari bersinggungan dengan tingkat pencahayaan yang rendah. Namun, selagi menghadapi cahaya terang natural dalam perjalanan pulang, jam biologis mereka terkunci pada pola yang sama dengan pekerja siang hari.

“Jadi anda harus selalu menolak rangsangan jam biologis itu dengan berkata anda harus tidur,” tuturnya.

Kecenderungan itu muncul meski anda bekerja dalam rota malam secara reguler, kata Foster, kecuali anda menghindari cahaya secara total setelah jam kerja dan ketika cahaya pagi menyingsing.

Jadi, apa saja dampak bekerja pada malam hari untuk tubuh anda?

Foster mengatakan, mengesampingkan jam biologis dapat mengaktifkan sumbu-sumbu stres yang mempengaruhi reaksi tubuh ketika menghadapi bahaya atau tekanan psikologis.

“Kita menyuntikkan glukosa ke dalam sirkulasi, meningkatkan tekanan darah dan kewaspadaan menghadapi potensi gangguan yang tidak kita senangi, padahal kita hanya sedang bekerja,” ujarnya.

Foster mengingatkan, level stres tinggi dapat berujung pada penyakit kardiovaskular atau metabolisme yang abnormal seperti diabetes.

Stres, kata Foster, juga dapat merusak sistem imun yang merupakan latar dari tingginya peluang kanker kolon dan kanker payudara.

Sejumlah hal tadi merupakan efek jangka panjang yang dapat timbul, namun perubahan pola tidur dapat mempengaruhi kesehatan dalam waktu pendek pula. Dampak yang paling terlihat adalah mudah lelah.

Tidak dapat menyerap informasi secara tepat, kegagalan memahami pola hubungan di masyarakat serta hilangnya empat merupakan gejala-gejala lainnya.

“Kita tidak akan memasukkan ‘jin 24 jam, 7 hari, kembali ke botol,” kata Foster.

Namun Foster mewanti-wanti bahwa perusahaan yang mempekerjakan karyawan mereka dalam jam kerja malam dapat berurusan dengan hukum, terutama jika korporasi itu tidak dapat menanggung dampak kesehatan negatif yang dialami pegawai mereka.

Pemeriksaan kesehatan rutin bagi para pekerja, kata Foster, merupakan cara termudah yang dapat dilakukan perusahaan untuk menjaga tingkat kesehatan para karyawan.

Pahami gejala penyakit kardiovaskular dan persoalan metabolisme seperti diabetes. Ketersediaan nutrisi yang cukup dan tepat juga penting bagi para pekerja malam hari.

Seperti yang telah diketahui para pekerja malam, tak mudah mendapatkan panganan sehat saat hari telah begitu larut.

Uniknya, ada penelitian yang menyebut konsumsi karbohidrat dapat meningkat hingga 35 sampai 40% hanya dalam empat atau lima hari di mana jam tidur begitu terbatas. Penyebabnya, jumlah hormon yang disebut ghrelin meninggi.

Foster berkata, kondisi itu menyebabkan pekerja malam cepat lapar dan mendorong mreka mengkonsumsi gula serta karbohidrat. “Pada akhirnya situasi seperti itu tak bagus karena bisa menyebabkan obesitas atau diabetes,” ujarnya.

Jam tidur yang terampas tidak cuma berdampak pada kesehatan, tapi juga kondisi keuangan, kata ekonom senior di institusi penelitian Rand Europe, Marco Hafner.

“Di Inggris kami menemukan fakta, waktu tidur yang berkurang merugikan perekonomian nasional sebesar 40 miliar poundsterling setiap tahun.

“Nominal yang dihitung dari hilangnya produktivitas dan kematian itu setara 1,8% dari pendapatan domestik bruto Inggris,” tuturnya.

Apakah pemerintah memperhatikan hal ini dan mengeluarkan kebijakan khusus? Marco Hafner mengatakan, pemerintah baru mengambil langkah awal.

Namun, kata dia, publik tahu Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat telah mendalami fenomena itu dan menyatakan munculnya pengurangan waktu tidur masyarakat.

“Jadi ada peningkatan kesadaran tentang jam tidur publik yang minim,” kata Hafner.

Jika kesadaran itu telah muncul, mengapa jam kerja malam hari tetap dijalankan? Sudah ditemukan banyak resiko kesehatan pada pekerja malam, mengapa jadwal itu tetap diterapkan?

Banyak orang tidak memiliki pilihan dan pekerja medis seperti Tracey Loscar menunjuk sisi positif dari bekerja larut malam.

“Jadwal kerja yang diatur kantor saya sekarang berefek positif bagi keluarga saya. Saya mendapatkan libur dua pekan setiap bulan. Saya bekerja sepanjang minggu tapi itu diganti dengan tujuh hari libur.

“Artinya ada tujuh hari berturut-turut untuk anak-anak dan hal-hal lainnya.

“Saya tahu saya terikat dan saya juga sadar dengan jadwal tidur, aktivitas fisik, apa yang saya makan, dan saya akan menunda sejumlah untuk pemulihan, saya berusaha kuat melonggarkan waktu,” tutur Loscar.

Paramedis itu menuturkan, bekerja hingga larut malam sesuai dengan beberapa jenis karakter orang.

“Mereka yang menyenangi rota( jadwal) malam merupakan orang-orang introvert. Tekanan publik berkurang pada malam hari sehingga orang yang menyenangi kerja pada waktu itu adalah mereka yang senang bekerja secara individual,” kata Loscar.

Namun apakah bekerja hingga larut selama 17 tahun benar-benar tidak berdampak pada kesehatan Loscar? “Sungguh saya menjalani waktu-waktu kerja itu dengan kelelahan,” ujarnya sambil tertawa.

Sumber : bbc.com