Pembobolan data masif pada hotel Starwood yang menjadi bagian jejaring hotel Marriot diduga dilakukan oleh peretas China. Peretas China ini dilaporkan bekerja untuk Kementerian Keamanan Negara di China. Kementerian ini adalah badan mata-mata warga sipil di negara Tirai Bambu tersebut.
Dilansir dari CNN, peretasan ini mengekspos sekitar 500 juta pelanggan hotel Starwood. Peretasan ini juga mengekspos asuransi kesehatan dan file izin keamanan jutaan orang Amerika.
New York Times mengutip empat pejabat anonim di AS yang mengatakan kemungkinan adanya dakwaan terhadap peretas China tersebut. Pemerintahan Trump ini juga berencana untuk mengumumkan laporan intelijen mereka yang menyebut bahwa upaya peretasan China sudah berlangsung sejak 2014.
Saat ini perseteruan perang dagang antara Amerika Serikat dan China tengah memanas. Pemerintahan Trump terus mengancam China dengan pajak tinggi atas ekspor mereka ke AS yang bernilai ratusan miliar dolar. Tarif tinggi ini akan terus dilakukan jika kedua negara tidak mencapai kesepakatan resolusi perdagangan dalam beberapa bulan mendatang.
Bahkan Amerika juga tengah meminta ekstradisi Chief Financial Officer (CFO) Huawei asal China Meng Wanzhou. Pemerintahan Trump meminta perempuan berusia 46 tahun itu diekstradisi untuk menghadapi tuntutan di AS.
Meng ditangkap di Kanada bulan ini atas permintaan otoritas AS tetapi dibebaskan dengan jaminan sebesar Rp108 miliar.
Pembobolan dalam sistem reservasi hotel Starwood disebut-sebut adalah salah satu pembobolan data terbesar yang pernah ada. Perusahaan Marriot sebagai pemilik Starwood mengatakan sedang fokus mendalami pembobolan ini.
“Tujuan utama kami dalam penyelidikan ini adalah mencari tahu apa yang terjadi dan bagaimana kami dapat membantu para tamu kami. Kami tidak memiliki informasi tentang penyebab insiden ini, dan kami belum berspekulasi tentang identitas penyerang,” kata Marriot dalams sebuah pernyataan.
Marriot mengatakan bahwa data pribadi 327 juta orang, seperti nama, nomor telepon, alamat email, nomor paspor, tanggal lahir, terekspos oleh peretas. Data nomor dan masa berlaku kartu kredit milik dari 100 juta konsumen lain juga ikut dicuri.