Manusia purba Homo floresiensis disebut-sebut masih menghuni pedalaman Flores. Sejumlah ahli meyakini hal tersebut, salah satunya profesor antropologi di University of Alberta Gregory Forth.
“Tujuan saya menulis buku ini adalah untuk menemukan penjelasan terbaik, yaitu yang paling rasional dan didukung secara empiris, dari kisah Lio tentang makhluk-makhluk itu,” tulis Forth dalam artikel itu seperti dikutip dari IFL Science.
“Ini termasuk laporan penampakan oleh lebih dari 30 saksi mata, yang semuanya saya ajak bicara langsung. Dan saya menyimpulkan bahwa cara terbaik untuk menjelaskan apa yang mereka katakan kepada saya adalah bahwa hominin non-sapiens telah bertahan di Flores hingga saat ini atau baru-baru ini,” jelasnya.
Tentu opini itu belum ada buktinya dan juga dibantah ahli yang lain. Berikut hal yang sejauh ini diketahui seputar Homo floresiensis, manusia purba yang diyakini masih hidup di dalam hutan Flores melansir CNN Indonesia.
1. Berukuran kecil
Jurnal Nature menemukan fosil Homo floresiensis berwujud wanita dewasa berkisar usia 30 tahun dengan tinggi hanya sekitar 106 cm. Tubuh mungil mereka membuat Homo floresiensis disebut sebagai ‘The Hobbit’.
Untuk bentuk fisik, Homo floresiensis memiliki gigi besar, otak kecil, bahu yang mengangkat ke depan, tidak memiliki dagu, dahinya surut dan kakinya besar karena mereka pendek. Mengapa otaknya kecil? Kemungkinan, ini dihasilkan dari dwarfisme pulau, proses evolusi yang dihasilkan dari isolasi jangka panjang di pulau kecil dengan sumber makanan terbatas dan kurangnya pemangsa.
2. Tahun kehidupan Homo floresiensis
Homo floresiensis adalah hominin kuno yang kira-kira hidup pada 17 ribu tahun lalu. Fosil Homo floresiensis diprediksi berumur sekitar 100-60 ribu tahun lalu, sementara untuk perkakas batu yang dibuat makhluk ini berumur antara 190-50 ribu tahun lalu.
3. Hidup berburu
Untuk makan sehari-hari, individu ini menggunakan alat batu untuk berburu makanan. Ada pun hewan yang ia buru adalah gajah kecil dan tikus besar. Selain itu, Homo floresiensis konon juga memburu Stegodon (gajah yang sudah punah) karena ditemukan ratusan fragmen tulang Stegodon di dalam lapisan penduduk Homo floresiensis.
Kemampuan bertahan hidup mereka juga sangat apik, mereka dilaporkan bisa melawan predator seperti komodo raksasa dengan menggunakan api.
4. Garis keturunan
Ketika pertama kali ditemukan, Homo floresiensis diduga merupakan keturunan dari Homo erectus Jawa. Akan tetapi, analisis lebih rinci dari sisa-sisa kerangka menemukan ciri-ciri yang lebih kuno daripada Homo erectus Asia. Justru, mereka lebih mirip dengan australopithecus, Homo habilis atau hominin dari Dmanisi di Georgia (diklasifikasikan sebagai Homo ergaster atau Homo georgicus).